BAB
I
PENDAHULUAN
KPD atau ketuban pecah
dini merupakan masalah penting dalam dunia obstetrik berkaitan dengan penyulit kelainan prematur
dan terjadinya infeksi khorioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan
morbiditas dan moralitas perinatal dan dapat menyebabkan infeksi pada ibu. KPD
mempengaruhi 2,7% hingga 1,7 % dari keseluruhan ibu hamil, kebanyakan kasus ini
terjadi secara spontan (tanpa diketahui sebab yang jelas) dan biasanya diikuti
dengan proses kelahiran.
Dalam studi kasus yang
dilakukan oleh university of california di Los Angeles Amerika Serikat (UCLA)
menyebutkan bahwa telah menemukan proses kelahiran yang diawali dengan
terjadinya KPD dalam 24 jam. Sebelumnya sekitar 81 % pasien dengan bobot bayi
lebih dari 2500 g. Situasi ini dinilai berbeda dengan KPD yang terjadi lebih
awal (lebih dari 24 jam) pada kehamilan. Pada kasus terakhir ini hanya 48 %
pasien yang kemudian diteruskan dengan proses kelahiran dalam 2 hari setelah
KPD (High-Risk Pregnancy and Delivery, Fernando Aries, 1993).
Ketuban pecah dini
merupakan komplikasi kebidanan pada kehamilan yang menempati urutan 6 tersering
dijumpai. Ketuban pecah dini merupakan penyebab penting morbiditas dan mortalitas
perinatal. Neonatal yang dilahirkan dari wanita dengan rupture membrane preterm
dan persalinan yang terlambat, paling tidak 30 persen meninggal atau mengalami
cacat neurologis.
Makalah ini bertujuan
untuk mengetahui gambaran Ketuban Pecah Dini dan untuk mengetahui Ketuban Pecah
Dini sebagai faktor resiko terjadinya Kematian neonatal.
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
A.
PENGERTIAN
Ketuban pecah
dini (premature rupture of the membrane) ada bermacam-macam batasan teori atau definisi,
yaitu:
•
Ada teori yang
menghitung beberapa jam sebelum inpartu yaitu pecahnya ketuban sebelum
tanda-tanda persalinan dan ditunggu 1 jam sebelum dimulainya tanda persalinan
(Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan
Bidan, Manuaba)
•
Ada yang mengatakan
dalam ukuran pembukaan serviks pada kala I, misalnya pecahnya ketuban sebelum
inpartu, yaitu apabila selaput ketuban pecah saat pembukaan pada primi kurang dari 3 cm daripada multi
kurang dari 5 cm (Sinopsis Obsetri & Patologi)
•
Ada yang mengatakan
dari usia kehamilan, midalnya keluar cairan berupa air-air dari vagina setelah
usia kehamilan berusia 22 minggu dan sebelum proses persalinan berlangsung
(Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal)
•
Kejadian
ketidaknormalan yang terjadi dimana robeknya selaput janin di dalam kandungan
sebelum fase aktif (salah satu tandanya yaitu pembukaan belum melewati 4 cm)
persalinan. KPD ini terjadi jika membran atau selaput janin robek sebelum tanda
persalinan muncul (High Risk Pregnancy and Delivery, Fernando Aries).
Air ketuban berfungsi untuk memberi ruang kepada
janin untuk bergerak sehingga tidak terjadi flaksiditas otot ekstrimitas dan
berkembangnya paru. Air ketuban penting untuk menghilangkan friksi kinetik yang
terjadi pada persalinan akibat tidak bullet shape-nya janin. Pada kehamilan
preterm pecahnya ketuban akan merangsang persalinan dan kelahiran (50%
persalinan preterm dengan KPD akan berakhir dengan kelahiran).
B.
ETIOLOGI
Infeksi genetalia yang berasal dari bakterial
proteus atau pun metabolisme bakterial jenis lain (60-70%). Meningkatnya
tekanan intra-uteri secara berlebihan (over distensi uterus) misalnya trauma
hidramnion, dan gemelli. Berkurangnya kekuatan membran salah satunya disebabkan
oleh adanya infeksi yang berasal dari vagina dan servik. Serviks incompeten. Berkurangnya
kekuatan dari leher rahim atau panggul ibu sehingga menyebabkan selaput ketuban mudah robek. Kanalis
servikalis yang selalu terbuka karena kelainan pada serviks (akibat persalinan
atau curetage).
Ibu hamil melakukan
coitus diwaktu yang tidak tepat sehingga menyebabkan pecahnya selaput ketuban
misalnya ibu hamil trimester III melakukan coitus saat selaput ketuban meregang
dan ereksi pada penis sedang dalam keadaan kuat yang akan mengakibatkan selaput
ketuban mudah sobek. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada
bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul yang dapat menghalangi tekanan
terhadap membrane bagian bawah. Apabila kepala sudah masuk panggul dan diikuti
bagian terkecil janin/tali pusat, bagian tersebut dapat merobek tali pusat.
C.
FAKTOR
PREDISPOSISI
Sebagian besar
kasus, penyebabnya belum ditemukan. Faktor yang disebutkan memiliki kaitan
dengan KPD yaitu riwayat kelahiran prematur, merokok, dan perdarahan selama
kehamilan. Beberapa faktor resiko dari KPD adalah:
1. Infeksi
2. Inkompetensi
serviks
3. Polihidramnion
4. Riwayat
KPD sebelumnya
5. Kelainan
atau kerusakan selaput ketuban, servik yang pendek (< 25 mm) pada usia
kehamilan 23 minggu
6. Kehamilan
kembar
7. Trauma
8. Malposisi
9. Multi
gravida, merokok, perdarahan ante partum
10. Defisiensi
gizi dari tembaga atau asam askorbat
D.
PATOFISIOLOGI
Sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan
infeksi (sampai 65%) yang menyebabkan berkurangnya kekuatan membran, high
virulence; Bacteroides, Low Virulence, Lactobacillur.
Bila terjadi
pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dengan
mengeluarkan air ketuban. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya
jaringan ikat dan vascularisasi atau penambahan tekanan intra uteri, atau
keduanya.
Prognosis
sangat variatif bergantung maturitas paru dan ada atau tidaknya infeksi, pada
usia kehamilan < 32 minggu semakin muda kelahiran semakin buruk prognosisnya.
E.
TANDA
DAN GEJALA
Pasien mengeluh
pengeluaran cairan dari pervaginam tanpa bisa ditahan dengan bau yang khas,
sedikit-sedikit atau sekaligus banyak. Pada pemeriksaan spekulum terlihat
cairan keluar dari ostium uteri externum.
Saat palpasi
janin mudah teraba, selaput ketuban tidak ada, dan air ketuban kering. Pemeriksaan
mikroskopis terlihat lanugo dan verniks casiosa. Bila dilakukan pemeriksaan
penunjang, akan ditemukan:
o Test
Nitrazine
Jika
kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukan adanya cairan ketuban
(alkalis), PH normal vagina yaitu 4,5-5,3 tidak terjadi perubahan warna
(kuning) dan apabila terdapat cairan ketuban, maka PH menjadi 7,0-7,5
(Practical Guide to High Risk Pregnancy and Delivery). Darah dan infeksi vagina
dapat menghasilkan hasil test yang positif basa.
o Test
Ferning / Test Pakis
Dengan
meneteskan cairan ketuban pada kertas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan
menunjukkan kristal cairan amnion dan gambaran daun pakis. Diagnosis ketuban
pecah dini dapat 100% diakui apabila tes cairan vagina memberikan hasil
test positif untuk Test Nitrazin dan Test
Ferning (Practical Guide to High Risk Pregnancy and Delivery)
o USG
Ini
tidak digunakan sebagai cara yang utama untuk menentukan KPD. Dari USG ini
hanya dilihat volume dari cairan ketuban tersebut apakah berkurang atau tidak
dan juga untuk menentukan usia kehamilannya.
o Test
penguapan
Dengan
mengambil sample cairan endoservikal yang kemudian dipanaskan sampai airnya
menguap. Dilihat apabila sisa putih yang tertinggal, maka itu sudah berarti
ketuban pecah, tetapi apabila sisa berwarna coklat tua maka ketuban masih utuh.
o Beberapa
pemeriksaan lain, namun sangat jarang dilakukan seperti : Intra-amniotic Flourecein,
Amnioscopy, Tes Oksidasi Diamen Fetal Fibronecitin, Tes Alfa-Fetoprotein, dan High Leaks.
F.
KOMPLIKASI
Terhadap janin:
• Infeksi
intrauterine, walaupun ibu belum menunjukkan tanda-tanda infeksi
• Sindrom
Distress Pernapasan yang terjadi pada 10-40 % bayi baru lahir atau pada janin
yang dikarenakan hipoksia pada prolaps tali pusat.
• Hiploplasia
pulmonary, karena oligohidramnion sebagai akibat dari KPD yang terjadi pada
usia kehamilan kurang dari 26 minggu (100%) dan lagi periode yang lebih dari 5
minggu
• Malpresentasi
janin berhubungan dengan prematuritas
• Kerusakan
membrane hyaline berhubungan dengan usia kehamilan
Terhadap ibu:
• Infeksi
intrapartal, apalagi bila sering dilakukan pemeriksaan dalam. Semua ibu hamil
dengann KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadi
korioamnionitis. Infeksi perpuralis, peritonitis, dan septikomia.
• Masalah
psikologi karena terlalu lama dirawat
• Merasa
lelah karena berbaring terus ditempat tidur.
Terhadap kehamilan dan
persalinan
• Dapat
terjadi persalinan kapan saja, terjadi kelahiran preterm.
• Abruption
placenta, karena adanya penurunan yang progresif pada permukaan intra uterin.
• Prolaps
tali pusat dapat terjadi (sering terjadi pada presentasi letak bokong atau
letak lintang).
• Oligohydramnion,
dry labor.
• Partus
lama.
• Perdarahan
pada`saat persalinan.
G.
MANAJEMEN
Menurut Manuaba tahun
1998, secara umum untuk penanganan ketuban pecah dini dapat dijabarkan sebagai
berikut:
• Mempertahankan
kehamilan sampai cukup matur khususnya maturitas paru sehingga mengurangi
kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat
• Mencegah
terjadinya infeksi
• Dengan
perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung dalam
waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid sehingga kematangan paru janin
dapat terjamin.
• Pada
umur kehamilan 24 sampai 32 minggu perlu dipertimbangkan untuk melakukan
induksi persalinan dengan kemungkinan janin tidak dapat diselamatkan.
• Menghadapi
ketuban pecah dini diperlukan konseling terhadap ibu dan keluarga sehingga
terdapat pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin dilakukan dengan
pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan mungkin harus mengorbankan janinnya.
• Pemeriksaan
yang penting adalah USG untuk mengukur distansia biparietal dan perlu melakukan aspirasi air ketuban untuk
melakukan pemeriksaan kematangan paru.
• Waktu
terminasi pada hamil preterm dapat disarankan selang waktu 8 jam sampai 24 jam
bila tidak terjadi his spontan.
Dan menurut buku
pedoman diagnosis dan terapi obsetri dan ginekologi RSHS tahun 2005,
pengelolaan untuk KPD ini dibagi dua yaitu:
1. Konservatif
Pengelolaan
konservatif dilakukan apabila tidak ada penyulit (baik pada ibu maupun janin)
pada usia kehamilan 28-36 minggu dirawat selama 2 hari.
Selama
perawatan dilakukan:
• Observasi
kemungkinan adanya amnionitis/tanda-tanda infeksi
o Ibu : suhu > 38°C, takikardi ibu,
lekositosis, tanda-tanda infeksi intra uterine, rasa nyeri pada rahim, secret
vagina purulen.
o Janin : takikardi janin
• Pengawasan timbulnya tanda persalinan
• Pemberian
antibiotika (ampicillin 4x500 mg atau eritromisin 4x500 mg dan metrodinazole
2x500 mg) selama 3-5 hari
• USG
untuk menilai kesejahteraan janin
• Bila
ada indikasi untuk melahirkan, dilakukan pematangan paru janin (deksametason 5 mg tiap 12 jam IM sampai 4 dosis atau
betametason 12 mg IM sampai 2 dosis dengan interval 24 jam)
2. Aktif
a. Pengelolaan
aktif pada KPD dengan umur kehamilan 20-28 minggu dan ≥ 37 minggu dilakukan
terminasi kehamilan.
• Terminasi
kehamilan > 20-28 minggu
o Misoprostol 100 µg intravaginal, yang dapat
diulangi 1x6 jam sesudah pemberian pertama
o Pemasangan batang laminaria selama 12 jam
o Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dektrose
5% mulai 20 tetes/menit sampai 60 tetes/menit
o Kombinasi 1 dan 3 untuk janin hidup maupun
janin mati
o Kombinasi 2 dan 3 untuk janin mati
Catatan: dilakukan
histerektomi bila upaya melahirkan pervaginam di anggap tidak berhasil atau
atas indikasi ibu dengan sepengetahuan konsulen
• Terminasi
kehamilan > 28 minggu
o Misoprostol 100 µg intravaginal, yang dapat
diulangi 1x6 jam sesudah pemberian pertama
o Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dektrose
5% mulai 20 tetes/menit sampai maksimal 60 tetes/menit untuk primi dan
multigravida, 40 tetes/menit untuk grande multigravida sebanyak 2 labu.
o Kombinasi 2 cara tersebut
Catatan: dilakukan SC
bila upaya melahirkan pervaginam tidak berhasil atau bila didapatkan indikasi
ibu maupun janin untuk menyelesaikan persalinan.
Menurut Sujiyatini,
penanganan ketuban pecah dini dibagi menjadi 2, yaitu:
- Kehamilan aterm (> 37 minggu)
KPD
aterm biasanya akan melahirkan dalam waktu 24 jam, bila masih belum ada tanda
persalinan maka di induksi (bishop’s score > 8), dan bila gagal lakukan SC.
Pemberian antibiotik profilaksis perlu dilakukan untuk mencegah infeksi.
- Kehamilan preterm (< 37 minggu)
Bila
tidak ada tanda infeksi pengelolaannya bersifat konservatif disertai antibiotik
yang adekuat. Pasien perlu di rawat di RS, ditidurkan dalam posisi
trendelenberg, tidak perlu dilakuka periksa dalam. Diusahakan kehamilan bisa
mencapai 37 minggu, diberikan uteronelaksen atau tokolitik agent. Pemberian
kortikosteroid dapat menurunkan angka RDS, sediannya terdiri dari betametason 2
dosis masing-masing 12 mg IM tiap 24 jam atau deksametason 4 dosis
masing-masing 6 mg tiap 12 jam. Jika muncul tanda-tanda infeksi lakukan
induksi.
Menurut
POGI tahun 2006 penatalaksanaan dibagi menjadi 3 masa kehamilan,yaitu:
1. Ketuban
pecah dini pada kehamilan > 35 minggu
·
Prinsipnya lahirkan
janin
·
Beri antibiotika
profilaksis
2. Ketuban
pecah dini pada kehamilan 32 – 35 minggu
·
Terapi antibiotik
·
Pematangan paru
beta/dexa metasone 12 mg IV
·
Tokolisis: β mimetic,
Ca channel blocker
·
Jika terdapat kompresi
tali pusat atau plasenta akibat air ketuban sangat sedikit amnio infusi
·
Ekspektatif bila paru
telah matang
3. Ketuban
pecah dini pada kehamilan < 32 minggu
·
Terapi antibiotik
·
Induksi pematangan paru
beta/dexa metasone 12 mg IV bila kehamilan > 28 minggu
·
Tokolisis: β mimetic,
Ca channel blocker
·
Jika terdapat kompresi
tali pusat atau plasenta akibat air ketuban sangat sedikit amnio infusi
·
Sedapat mungkin
dipertahankan sampai 33 – 35 minggu, jika tidak ada infeksi
Bagan
I. Persalinan Bayi pada Penanganan Aktif KPD Aterm menurut Sujiyatini.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Bagan manajemen penanganan KPD
menurut Sujiyatini.
SARAN
Walaupun belum ada pencegahan yang
terbukti cukup efektif, mengurangi aktivitas atau istirahat pada akhir
trimester II atau awal trimester III diajurkan.
CONTOH
KASUS MANAJEMEN KEBIDANAN IBU HAMIL
DENGAN
KETUBAN PECAH DINI
Nama
pengkaji : Bidan Yasmini Hari/tanggal : Senin, 26-01-2006
Tempat
pengkajian : Puskesmas Padalarang Jam
: 05.00 WIB
Kunjungan : ke-6
I.
DATA
SUBYEKTIF
- Identitas
Nama
klien : Ny. Harti Nama suami : Tn.
Asep
Umur : 30 tahun Umur : 35
tahun
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Wiraswasta
Suku
bangsa : Sunda Suku bangsa : Sunda
Agama : Islam Agama : Islam
Gol.darah : A Gol.darah : O
Alamat : Jln. Cibeureum RT 01/07 Alamat : Jln. Cibeureum RT 01/07
Desa Kerta Sari Desa
Kerta Sari
- Keluhan Utama
Ibu
datang dengan keluhan merasa kenceng-kenceng, serta mengeluarkan cairan
bercampur lendir darah dari jalan lahir pada tanggal 26 Januari 2006 sejak jam
04.00 WIB
- Riwayat Menstruasi
•
Siklus haid : 28 hari teratur
•
HPHT : 15-04-06 UK : 40 minggu
•
Tafsiran persalinan : 22-01-07
- Riwayat Kehamilan Sekarang
•
Ibu mengaku hamil 9
bulan, anak dari kehamilan pertama
•
Obat yang dikonsumsi
selama hamil : tablet tambah darah dari bidan.
•
Imunisasi : ibu
mendapatkan imunisasi TT 2x tanggal 22 Juli dan 7 September.
- Tingkat Pengetahuan Klien
Ibu
sudah mengetahui tanda-tanda bahaya dan kegawatdaruratan selama kehamilan dan
persalinan.
- Riwayat Kesehatan/Penyakit
• Klien tidak pernah menderita penyakit lain
seperti : DM, hipertensi, malaria, ginjal, penyakit kelamin HIV/AIDS dan tidak
pernah dioperasi.
• Keluarga klien mengatakan dalam keluarga
tidak ada riwayat penyakit keturunan dan riwayat kembar.
• Riwayat
KB : belum pernah menggunakan kontrasepsi
- Riwayat Psiko-Sosial
• Status perkawinan : menikah pada umur 29
tahun dan suami 34 tahun, yang pertama
• Respon keluarga terhadap kehamilan : diterima
dengan baik oleh semua keluarga
• Pengambilan keputusan dalam keluarga :
suami
• Rencana pertolongan persalinan : bidan
- Aktifitas`Sehari-hari
1. Gizi
yang dikonsumsi dan kebiasaan makan
o Pola makan :
makan sehari 3 kali sehari
o Jenis makanan :
nasi, lauk, sayur, buah
o Pantangan makanan : tidak ada
o Alergi makanan :
tidak ada
2. Hidrasi
o Minum :
8 gelas sehari
o Jenis minuman :
air putih, teh, susu 1 gelas sehari
3. Eliminasi
o BAK :
frekuensi 4-6x/hari, tidak ada kelainan
o BAB :
frekuensi 1x/hari, konsistensi lembek
o Cara membersihkan : dari depan ke belakang
4. Pola
istirahat dan tidur
o Tidur malam :
7 jam/hari
o Tidur siang :
kadang-kadang 30 menit
5. Mobilisasi : ibu beraktifitas sebagai
ibu rumah tangga
6. Hubungan
sexual : tidak ada masalah
Hubungan
terakhir : 1 minggu yang lalu
7. Personal
hygiene
o Mandi :
2 x/hari
o Gosok gigi :
2 x/hari
o Ganti pakaian dalam : 4-5x/hari
II.
Data
Obyektif
- Keadaan umum
Kesadaran : composmetis
Emosi : stabil dan baik
Tanda
vital
• Tekanan
darah : 100/70 mmHg
• Nadi : 80 x/menit
• Respirasi : 20 x/menit
• Suhu : 36 °C
Antropometri
• Tinggi
badan : 142 cm
• Berat
badan sekarang : 57 kg
• BB
sebelum hamil : 45 kg
• Lila : 24 cm
- Pemeriksaan fisik
• Kepala
Muka : tidak oedema, tidak pucat
Mata : tidak cekung, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak
ikterik
Hidung : pengeluaran tidak ada
Telinga : bersih, fungsi pendengaran normal
Mulut : bersih, bibir merah muda
Gigi : caries tidak ada, gusi tidak berdarah
• Leher :
pembesaran kelenjar thyroid dan getah bening tidak ada
• Dada
Payudara : simetris, puting susu menonjol,
kolostrum belum keluar, tidak ada retraksi, benjolan tidak ada
Bunyi nafas : normal, reguler
Bunyi jantung : normal, reguler
• Abdomen
Inspeksi
Luka bekas operasi : tidak ada
Bentuk abdomen : pembesaran arah memanjang
Palpasi
TFU menurut MC Donald : 35 cm
Leopold I : teraba bulat lunak tidak melenting
Leopold II : teraba tahanan keras di sebelah kanan, bagian kecil sebalah
kiri
Leopold
III : teraba
bulat keras melenting
Leopold IV : kepala masuk PAP 1/5 bagian
DJJ :
136 x/menit, regular
His :
2-3 x tiap 10 menit lama 20 detik intensitas sedang
• Ekstremitas bawah
o Bentuk normal, oedema tidak ada, varices
tidak ada
o Ujung kuku tidak cyanosis
o Reflek patella : +/+
• Pemeriksaan genetalia
o Genetalia
eksterna
Kelenjar skene dan bartholine : tidak ada pembengkakan
Vulva :
tidak ada luka, varices tidak ada
Pengeluaran : ada pengeluaran cairan bening
o Genetalia
interna
Pemeriksaan speculum : tidak dilakukan
Pemeriksaan dalam : jam 05.30
Portio :
tebal kaku, pembukaan 1 cm
Ketuban :
(-), jernih, tidak berbau
- Pemeriksaan Penunjang
Tes lakmus : lakmus merah berubah menjadi biru
Pemeriksaan Lab : tidak dilakukan
III.
ASSESSMENT
Ny.
Harti G1P0A0 parturient aterm kala I fase laten dengan ketuban pecah dini
Janin
tunggal hidup intrauterine letak memanjang presentasi kepala
Masalah
potensial : - Infeksi
intrauterine
- Partus lama
- Fetal distress
Antisipasi masalah
potensial :
• Infeksi intra uterine, memberikan antibody
amoxilin 500 mg
• Partus lama, berkolaborasi dengan dokter
untuk induksi persalinan
• Fetal distress, melakukan resusitasi intra
uterine dengan memberikan O2 dan ibu dimiringkan ke kiri
• Melakukan rujukan ke rumah sakit
IV.
Planning
1. Memberitahukan
pada ibu dan keluarga tentang hasi pemeriksaan
2. Memberikan
antobiotik amoxillin 500 mg sekali
3. Memberikan
konseling kepada ibu dan keluarga tentang tanda-tanda bahaya KPD
4. Memberikan
dukungan psikologis pada ibu
5. Menganjurkan
ibu untuk memenuhi kebutuhan hidrasi dan nutrisi
6. Membuat
rujukan ke rumah sakit
7. Melakukan
pemantauan DJJ selama dalam perjalanan
DAFTAR
PUSTAKA
Sujiyatini, SSt
M.Keb. 2008. Asuhan Patologi Kebidanan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Indarso, Fatimah
dr. Hj. Sp.A(K). 2004. Penatalaksanaan
Bayi Baru Lahir Dari Ibu yang Bermasalah. Surabaya: FK Unair/RSU Dr.
Soetomo Bag./SMF Ilmu Kesehatan Anak.
Moeloek, Farid Anfasa Prof. Dr. dr,
SpOG, KFER. 2006. Standar Pelayanan Medic
Obstetric dan Ginekologi. Jakarta: Perkumpulan Obstetric dan Ginekologi
Indonesia.
http://www.drdidispog.com/2008/07/kpsw-prom-ketuban-pecah-dini.html#ixzz0ltQnbzad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar