KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
kepada penyusun sehingga makalah Kesehatan Reproduksi ini yang berjudul “Infertilitas”
dapat selesai dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Promosi Kesehatan, dimana
sumber materi diambil dari beberapa media pendidikan, dan media internet guna
menunjang keakuratan materi yang nantinya akan disampaikan.
Penyusun
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca.
Semoga
makalah ini dapat menambah wawasan dan berguna bagi pembaca. Akhir kata
penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Makassar,
Mei 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
SAMPUL.............................................................................................. i
KATA
PENGANTAR............................................................................................... ii
DAFTAR
ISI............................................................................................................ iii
BAB
I. PENDAHULUAN........................................................................................ 1
A.
Latar Belakang.......................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah..................................................................................... 2
C.
Tujuan Penulisan....................................................................................... 2
BAB
II. PEMBAHASAN......................................................................................... 3
A.
Pengertian Infertilitas............................................................................... 3
B.
Faktor Penyebab Infertilitas..................................................................... 5
C.
Penyakit Penyebab Infertilitas ............................................................... 11
D.
Pengobatan Infertilitas ........................................................................... 13
E.
Pencegahan Infertilitas........................................................................... 15
BAB
III. PENUTUP................................................................................................ 16
A.
KESIMPULAN...................................................................................... 16
B.
SARAN.................................................................................................. 16
DAFTAR
PUSTAKA.............................................................................................. 17
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Berdasarkan
hasil sensus penduduk tahun 2000 pasangan suami istri di Indonesia sekitar 12%
atau sekitar 3 juta pasangan mengalami infertil. Dan baru sekitar 50% dari
pasangan tersebut yang berhasil ditolong untuk menangani masalah infertil dan
selebihnya harus mengadopsi atau hidup tanpa seorang anak.
Infertilitas
merupakan suatu permasalahan yang cukup lama dalam dunia kedokteran.Namun
sampai saat ini ilmu kedokteran baru berhasil menolong ± 50% pasangan infertililitas
untuk memperoleh anak. Di masyarakat kadang infertilitas di salah artikan
sebagai ketidak mampuan mutlak untuk memiliki anak atau ”kemandulan” pada
kenyataannya dibidang reproduksi, infertilitas diartikan sebagai
kekurangmampuan pasangan untuk menghasilkan keturunan, jadi bukanlah ketidak mampuan
mutlak untuk memiliki keturunan.
Menurut
catatan WHO, diketahui penyebab infertilitas pada perempuan di antaranya,
adalah: faktor Tuba fallopii (saluran telur) 36%, gangguan ovulasi 33%,
endometriosis 30%, dan hal lain yang tidak diketahui sekitar 26%.Hal ini
berarti sebagian besar masalah infertilitas pada perempuan disebabkan oleh
gangguan pada organ reproduksi atau karena gangguan proses ovulasi.
Infertilitas masih menjadi masalah sebagian pasangan suami istri, hal ini dikarenakan kemungkinan untuk mendapatkan seorang anak masih kecil. Di Indonesia masih langka sekali dokter yang berminat dalam ilmu infertilitas. Faktor kurangnya pengetahuan tentang kesuburan dan infertil juga menjadi faktor penyebab masih tingginya angka infertilitas. Selain itu, faktor-faktor seperti kesehatan lingkungan, gizi, dan status ekonomi juga menjadi faktor yang mempengaruhi.Oleh karena itulah kami mengangkat tema kesehatan reproduksi dengan judul infertilitas dalam judul makalah ini.
Infertilitas masih menjadi masalah sebagian pasangan suami istri, hal ini dikarenakan kemungkinan untuk mendapatkan seorang anak masih kecil. Di Indonesia masih langka sekali dokter yang berminat dalam ilmu infertilitas. Faktor kurangnya pengetahuan tentang kesuburan dan infertil juga menjadi faktor penyebab masih tingginya angka infertilitas. Selain itu, faktor-faktor seperti kesehatan lingkungan, gizi, dan status ekonomi juga menjadi faktor yang mempengaruhi.Oleh karena itulah kami mengangkat tema kesehatan reproduksi dengan judul infertilitas dalam judul makalah ini.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa
itu infertilitas dan faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya infertilitas?
2.
Penyakit
apa saja yang menyebabkan terjadinya infertilitas?
3.
Pengobatan
apa yang dapat menyembuhkan infertilitas?
C.
TUJUAN
1. Menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai infertilitas.
2. Mengetahui penyebab dan
penanggulangan infertilitas.
3. Mengetahui penyakit yang dapat
menyebabkan infertilitas.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN INFERTILITAS
Infertilitas atau ketidaksuburan adalah suatu kondisi di mana pasangan suami istri belum mampu memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2-3 kali seminggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakanalat kontrasepsi dalam bentuk apapun.Secara medis infertilitas di bagi atas 2 yaitu :
Infertilitas atau ketidaksuburan adalah suatu kondisi di mana pasangan suami istri belum mampu memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2-3 kali seminggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakanalat kontrasepsi dalam bentuk apapun.Secara medis infertilitas di bagi atas 2 yaitu :
1. Infertilitas primer berarti pasangan
suami istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak setelah 1 tahun
berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa menggunakan alat
kontrasepsi dalam bentuk apapun.
2. Infertilitas sekunder berarti
pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya, tetapi saat
ini belum mampu memiliki anak lagi setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak
2-3 kali per minggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalamn bentuk apapun.
Sebanyak
60%-70% pasangan yang telah menikah akan memiliki anak pada tahun pertama
pernikahan mereka. Sebanyak 20% akan memiliki anak pada tahun ke-2 dari usia
pernikahan. Sebanyak 10-20% sisanya akan memiliki anak pada tahun ke-3 atau
lebih atau tidak akan pernah memiliki anak (Djuwantono,2008).
Walaupun pasangan suami-istri
dianggap infertile, bukan tidak mungkin kondisi infertile sesungguhnya hanya
dialami oleh sang suami atau sang istri. Hal tersebut dapat dipahami karena
proses pembuahan yang berujung pada kehamilan dan lahirnya seorang manusia baru
merupakan kerjasama antara suami dan istri. Kerjasama tersebut mengandung arti
bahwa dua factor yang harus dipenuhi adalah: (1) suami memiliki sistem dan
fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu menghasilkan dan menyalurkan sel
kelami pria (spermatozoa) ke dalam organ reproduksi istri dan (2) istri
memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu menghasilkan
sel kelamin wanita (sel telur atau ovum) yang dapat dibuahi oleh spermatozoa
dan memiliki rahim yang dapat menjadi tempat perkembangan janin, embrio, hingga
bayi berusia cukup bulan dan dilahirkan. Apabila salah satu dari dua factor
yang telah disebutkan tersebut tidak dimiliki oleh pasangan suami-istri,
pasangan tersebut tidak akan mampu memiliki anak.
Berdasarkan hal yang telah
disebutkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pasangan suami-istri dianggap
infertile apabila memenuhi syarat-syarat berikut (Djuwantono,2008)
1. Pasangan tersebut berkeinginan untuk
memiliki anak
2. Selama 1 tahun atau lebih
berhubungan seks, istri belum mendapatkan kehamilan.
3. Frekuensi hubungan seks minimal 2-3
kali dalam setiap minggunya
4. Istri maupun suami tidak pernah
menggunakan alat atau metode kontrasepsi, baik kondom, obat-obatan, dan alat
lain yang berfungsi untuk mencegah kehamilan.
Hal-hal yang paling penting dalam
berhasil atau tidaknya pengobatan infertilitas antara lain (Permadi,2008)
1. Ketepatan diagnosis penyebab
infertilitas
2. Kondisi penyakit yang menjadi
penyebab infertilitas
3. Usia pasien
4. Ketepatan metode pengobatan
5. Kepatuhan pasien dalam berobat
B.
FAKTOR PENYEBAB INFERTILITAS
Faktor-faktor
yang mempengaruhi infertilitas, antara lain:
1.
Umur
Kemampuan reproduksi wanita menurun
drastis setelah umur 35 tahun. Hal ini dikarenakan cadangan sel telur yang
makin sedikit. Fase reproduksi wanita adalah masa sistem reproduksi wanita
berjalan optimal sehingga wanita berkemampuan untuk hamil. Fase ini dimulai
setelah fase pubertas sampai sebelum fase menopause.
Fase pubertas wanita adalah fase di
saat wanita mulai dapat bereproduksi, yang ditandai dengan haid untuk pertama
kalinya (disebut menarche) dan munculnya tanda-tanda kelamin sekunder, yaitu
membesarnya payudara, tumbuhnya rambut di sekitar alat kelamin, dan timbunan lemak
di pinggul. Fase pubertas wanita terjadi pada umur 11-13 tahun. Adapun fase
menopause adalah fase di saat haid berhenti. Fase menopause terjadi pada umur
45-55 tahun.
Pada fase
reproduksi, wanita memiliki 400 sel telur. Semenjak wanita mengalami menarche
sampai menopause, wanita mengalami menstruasi secara periodik yaitu pelepasan
satu sel telur. Jadi, wanita dapat mengalami menstruasi sampai sekitar 400
kali. Pada umur 35 tahun simpanan sel telur menipis dan mulai terjadi perubahan
keseimbangan hormon sehingga kesempatan wanita untuk bisa hamil menurun
drastis. Kualitas sel telur yang dihasilkan pun menurun sehingga tingkat
keguguran meningkat. Sampai pada akhirnya kira-kira umur 45 tahun sel telur
habis sehingga wanita tidak menstruasi lagi alias tidak dapat hamil lagi.
Pemeriksaan cadangan sel telur dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah atau
USG saat menstruasi hari ke-2 atau ke-3.
2. Lama
infertilitas
Berdasarkan laporan klinik
fertilitas di Surabaya, lebih dari 50% pasangan dengan masalah infertilitas
datang terlambat. Terlambat dalam artian umur makin tua, penyakit pada organ
reproduksi yang makin parah, dan makin terbatasnya jenis pengobatan yang sesuai
dengan pasangan tersebut.
3. Stress
Stres memicu pengeluaran hormon
kortisol yang mempengaruhi pengaturan hormon reproduksi.
4. Lingkungan
Paparan terhadap racun seperti lem,
bahan pelarut organik yang mudah menguap, silikon, pestisida, obat-obatan
(misalnya: obat pelangsing), dan obat rekreasional (rokok, kafein, dan alkohol)
dapat mempengaruhi sistem reproduksi. Kafein terkandung dalam kopi dan teh.
5. Hubungan
Seksual
Penyebab infertilitas ditinjau dari
segi hubungan seksual meliputi: frekuensi, posisi, dan melakukannya tidak pada
masa subur.
6. Frekuensi
Hubungan intim (disebut koitus) atau
onani (disebut masturbasi) yang dilakukan setiap hari akan mengurangi jumlah
dan kepadatan sperma. Frekuensi yang dianjurkan adalah 2-3 kali seminggu
sehingga memberi waktu testis memproduksi sperma dalam jumlah cukup dan matang.
7. Posisi
Infertilitas dipengaruhi oleh
hubungan seksual yang berkualitas, yaitu dilakukan dengan frekuensi 2-3 kali
seminggu, terjadi penetrasi dan tanpa kontrasepsi. Penetrasi adalah masuknya
penis ke vagina sehingga sperma dapat dikeluarkan, yang nantinya akan bertemu
sel telur yang “menunggu” di saluran telur wanita. Penetrasi terjadi bila penis
tegang (ereksi). Oleh karena itu gangguan ereksi (disebut impotensi) dapat
menyebabkan infertilitas. Penetrasi yang optimal dilakukan dengan cara posisi
pria di atas, wanita di bawah. Sebagai tambahan, di bawah pantat wanita diberi
bantal agar sperma dapat tertampung. Dianjurkan, setelah wanita menerima
sperma, wanita berbaring selama 10 menit sampai 1 jam bertujuan memberi waktu
pada sperma bergerak menuju saluran telur untuk bertemu sel telur.
8. Masa
Subur
Marak di tengah masyarakat bahwa
supaya bisa hamil, saat berhubungan seksual wanita harus orgasme. Pernyataan
itu keliru, karena kehamilan terjadi bila sel telur dan sperma bertemu. Hal
yang juga perlu diingat adalah bahwa sel telur tidak dilepaskan karena orgasme.
Satu sel telur dilepaskan oleh indung telur dalam setiap menstruasi, yaitu 14
hari sebelum menstruasi berikutnya. Peristiwa itu disebut ovulasi. Sel telur
kemudian menunggu sperma di saluran telur (tuba falopi) selama kurang-lebih 48
jam. Masa tersebut disebut masa subur.
9.
Kondisi Reproduksi Wanita
Kelainan
terbanyak pada organ reproduksi wanita penyebab infertilitas adalah
endometriosis dan infeksi panggul, sedangkan kelainan lainnya yang lebih jarang
kejadiannya adalah mioma uteri, polip, kista, dan saluran telur tersumbat (bisa satu atau dua
yang tersumbat.) gangguan pada wanita
Ø Masalah vagina
Masalah
vagina yang dapat menghambat penyampaian adalah adanya sumbatan atau peradangan. Sumbatan
psikogen disebut vaginismus atau
disparenia, sedangkan sumbatan anatomik dapat karena bawaan atau perolehan.
Ø Masalah serviks
Masalah
serviks yang berpotensi mengakibatkan vertilitas adalah terdapat berbagai
kelainan anatomi serviks yang berperan seperti terjadi cacat bawaan (atresia),
polip serviks, stenosis akibat trauma, peradangan dan sineksia.
Ø Masalah uterus
Masalah
penyebab infertilitas yang dapat terjadi di uterus adalah distorsia kavum uteri
karena sineksia, mioma atau polip, peradangan endometrium, dan gangguan
kontraksiuterus
10.
Kondisi Reproduksi pria
Sperma berasal dari kata spermatozoa, yaitu sel kelamin jantan yang memiliki bulu cambuk. Bentuk sperma mirip kecebong.Sperma dihasilkan oleh testis. Cairan nutrisi sperma berupa cairan putih, kental, dan berbau khas yang disebut semen. Proses pengeluaran semen dan sperma disebut ejakulasi, sehingga cairannya disebut juga dengan cairan ejakulat.Sperma membawa sifat dari bapak, yang nantinya akan bertemu dengan sel telur yang membawa sifat dari ibu. Oleh karena itu, kualitas sperma dan sel telur yang baik menjadi factor penting dalam kehamilan.Gangguan yang terjadi pada pria.
Sperma berasal dari kata spermatozoa, yaitu sel kelamin jantan yang memiliki bulu cambuk. Bentuk sperma mirip kecebong.Sperma dihasilkan oleh testis. Cairan nutrisi sperma berupa cairan putih, kental, dan berbau khas yang disebut semen. Proses pengeluaran semen dan sperma disebut ejakulasi, sehingga cairannya disebut juga dengan cairan ejakulat.Sperma membawa sifat dari bapak, yang nantinya akan bertemu dengan sel telur yang membawa sifat dari ibu. Oleh karena itu, kualitas sperma dan sel telur yang baik menjadi factor penting dalam kehamilan.Gangguan yang terjadi pada pria.
ü Gangguan di daerah sebelum testis
(pretesticular)
Gangguan
biasanya terjadi pada bagian otak, yaitu hipofisis yang bertugas mengeluarkan
hormon FSH dan LH.Kedua hormon tersebut mempengaruhi testis dalam menghasilkan
hormon testosteron, akibatnya produksi sperma dapat terganggu.Terapi yang bisa
dilakukan adalah dengan terapi hormon.
ü Gangguan didaerah testis (testicular)
Kerja
testis dapat terganggu bila terkena trauma pukulan, gangguan fisik, atau
infeksi.Bisa juga terjadi, selama pubertas testis tidak berkemban dengan baik,
sehingga produksi sperma menjadi terganggu.
ü Gangguan di daerah setelah testis (posttesticular)
Gangguan
terjadi di saluran sperma sehingga sperma tidak dapat disalurkan dengan lancar,
biasanya karena salurannya buntu.Penyebabnya bisa jadi bawaan sejak lahir, terkena infeksi penyakit
-seperti tuberkulosis (Tb)
C.
PENYAKIT PENYEBAB INFERTILITAS
1. Endometriosis
Endometriosis adalah jaringan
endometrium yang semestinya berada di lapisan paling dalam rahim (lapisan
endometrium) terletak dan tumbuh di tempat lain. Endometriosisbisa terletak di
lapisan tengah dinding rahim (lapisan myometrium) yang disebut jugaadenomyosis,
atau bisa juga terletak di indung telur, saluran telur, atau bahkan dalam
rongga perut.Gejala umum penyakit endometriosis adalah nyeri yang sangat pada
daerah panggul terutama pada saat haid dan berhubungan intim, serta tentu saja
infertilitas.
2. Infeksi Panggul
Infeksi panggul adalah suatu
kumpulan penyakit pada saluran reproduksi wanita bagian atas, meliputi radang
pada rahim, saluran telur, indung telur, atau dinding dalam panggul. Gejala
umum infeksi panggul adalah: nyeri pada daerah pusar ke bawah (pada sisi kanan
dan kiri), nyeri pada awal haid, mual, nyeri saat berkemih, demam, dan
keputihan dengan cairan yang kental atau berbau. Infeksi panggul memburuk
akibat haid, hubungan seksual, aktivitas fisik yang berat, pemeriksaan panggul,
dan pemasangan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim, misalnya: spiral).
3. Mioma Uteri
Mioma uteri adalah tumor (tumor
jinak) atau pembesaran jaringan otot yang ada di rahim.Tergantung dari
lokasinya, mioma dapat terletak di lapisan luar, lapisan tengah, atau lapisan
dalam rahim.Biasanya mioma uteri yang sering menimbulkan infertilitas adalah
mioma uteri yang terletak di lapisan dalam (lapisan endometrium). Mioma
uteribiasanya tidak bergejala. Mioma aktif saat wanita dalam usia reproduksi
sehingga -saat menopause- mioma uteri akan mengecil atau sembuh.
4.
Polip
Polip adalah suatu jaringan yang
membesar dan menjulur yang biasanya diakibatkan olehmioma uteri yang membesar
dan teremas-remas oleh kontraksi rahim.Polip dapat menjulur keluar ke vagina.
Polip menyebabkan pertemuan sperma-sel telur dan lingkunganuterus terganggu,
sehingga bakal janin akan susah tumbuh.
5.
Saluran Telur yang Tersumbat
Saluran
telur yang tersumbat menyebabkan sperma tidak bisa bertemu dengan sel telur
sehingga pembuahan tidak terjadi alias tidak terjadi kehamilan.Pemeriksaan yang
dilakukan untuk mengetahui saluran telur yang tersumbat adalah dengan HSG
(Hystero Salpingo Graphy), yaitu semacam pemeriksaan röntgen (sinar X) untuk
melihat rahim dan saluran telur.
6.
Sel
Telur
Kelainan
pada sel telur dapat mengakibatkan infertilitas yang umumnya merupakan
manifestasi dari gangguan proses pelepasan sel telur (ovulasi). Delapan puluh
persen penyebab gangguan ovulasi adalah sindrom ovarium polikistik.Gangguan
ovulasi biasanya direfleksikan dengan gangguan haid. Haid yang normal memiliki
siklus antara 26-35 hari, dengan jumlah darah haid 80 cc dan lama haid antara
3-7 hari. Bila haid pada seorang wanita terjadi di luar itu semua, maka sebaiknya
beliau memeriksakan diri ke dokter.
D.
PENGOBATAN INFERTILITAS
1.
Pemberian
antibiotic
Pemberian antibiotik diberikan pada
pria yang memiliki gangguan infeksi traktus genitalis yang menyumbat vas
deferens atau merusak jaringan testis.
2.
Pembedahan
Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada pasien mioma dan tuba yang tersumbat.Tindakan pembedahan ini akan meninggalkan parut yang dapat meyumbat atau menekuk tuba sehingga akhirnya memerlukan pembedahan untuk mengatasinya.
Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada pasien mioma dan tuba yang tersumbat.Tindakan pembedahan ini akan meninggalkan parut yang dapat meyumbat atau menekuk tuba sehingga akhirnya memerlukan pembedahan untuk mengatasinya.
3.
Terapi
Terapi dapat dilakukan pada penderita endometriosis. Terapi endometriosis terdiri dari menunggu sampai terjadi kehamila sendiri, pengobatan hormonal,atau pembedahan konservatif.
Terapi dapat dilakukan pada penderita endometriosis. Terapi endometriosis terdiri dari menunggu sampai terjadi kehamila sendiri, pengobatan hormonal,atau pembedahan konservatif.
4.
Tindakan
pembedahan/operasi Varikokel.
Tindakan yang saat ini dianggap
paling tepat adalah dengan operasi berupa pengikatan pembuluh darah yang
melebar (varikokel) tersebut. Suatu penelitian dengan pembanding menunjukkan
keberhasilan tindakan pada 66 % penderita berupa peningkatan jumlah sperma dan
kehamilan, dibandingkan dengan hanya 10 % pada kelompok yang tidak dioperasi.
5.
Memberikan suplemen vitamin
Infertilitas yang tidak diketahui
penyebabnya merupakan masalah bermakna karena meliputi 20 % penderita.
Penanggulangannya berupa pemberian beberapa macam obat, yang dari pengalaman
berhasil menaikkan jumlah dan kualitas sperma. Usaha menemukan penyebab di
tingkat kromosom dan keberhasilan manipulasi genetik tampaknya menjadi titik
harapan di masa datang.
6.
Tindakan
operasi pada penyumbatan di saluran sperma
Bila sumbatan tidak begitu parah, dengan bantuan mikroskop dapat diusahakan koreksinya. Pada operasi yang sama, dapat juga dipastikan ada atau tidaknya produksi sperma di buah zakar.
Bila sumbatan tidak begitu parah, dengan bantuan mikroskop dapat diusahakan koreksinya. Pada operasi yang sama, dapat juga dipastikan ada atau tidaknya produksi sperma di buah zakar.
7.
Menghentikan
obat-obatan yang diduga menyebabkan gangguan sperma.
8.
Menjalani teknik reproduksi bantuan
Dalam hal ini adalah inseminasi intra uterin dan program bayi tabung. Tindakan inseminasi dilakukan apabila ada masalah jumlah sperma yang sangat sedikit atau akibat masalah antobodi di mulut rahim. Pria dengan jumlah sperma hanya 5-10 juta/cc (dari normal 20 juta) dapat mencoba inseminasi buatan.
Dalam hal ini adalah inseminasi intra uterin dan program bayi tabung. Tindakan inseminasi dilakukan apabila ada masalah jumlah sperma yang sangat sedikit atau akibat masalah antobodi di mulut rahim. Pria dengan jumlah sperma hanya 5-10 juta/cc (dari normal 20 juta) dapat mencoba inseminasi buatan.
E.
PENCEGAHAN INFERTILITAS
Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah :
1. Mengobati infeksi di organ ada
berbagai jenis infeksi diketahui menyebabkan infertilitas seperti infeksi
prostat, testis / buah zakar, maupun saluran sperma.
2. Menghindari rokok karena rokok
mengandung zat-zat yang dapat meracuni pertumbuhan, jumlah dan kualitas sperma.
3. Menghindari alcohol dan zat adiktif.
Alkohol
dalam jumlah banyak dihubungkan dengan rendahnya kadar hormon testosteron yang
tentu akan mengganggu pertumbuhan sperma. Ganja /mariyuana juga dikenal sebagai
salah satu penyebab gangguan pertumbuhan sperma.
4. Hindari obat yang mempengaruhi
jumlah sperma, sepreti obat darah
tinggi.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Infertilitas adalah suatu kondisi dimana pasangan suami
istri belum mampu memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual
sebanyak 2-3kali dalam seminggu dalam kurun waktu 1 tahun tanpa menggunakan kontrasepsi.Berdasarkan
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pasangan suami istri dianggap infertil
apabila memenuhi syarat:
Ø Pasangan suami istri berkeinginan
untuk memiliki anak.
Ø Selama 1 tahun atau lebih
berhubungan seks, istri belum mendapat kehamilan.
Ø Frekuensi hubungan seks minimal 2-3
kali dalam setiap minggunya.
Ø Istri maupun suami tidak pernah
menggunakan alat atau metode kontrasepsi, baik kondom, obat-obatan, dan alat
lain yang berfungsi untuk mencegah kehamilan.
B.
SARAN
o
Kepada
para pasangan usia subur hendaknya memeriksakan secara rutin alat reproduksinya
agar jika terjadi masalah dapat dideteksi dengan cepat.
o
Kepada
tenaga kesehatan hendaknya mampu memberikan konselin tentang kesehatan
reproduksi kepada pasanagan usia subur (PUS).
DAFTAR
PUSTAKA
Djuwantoro,Tono.dkk.2008.Hanya
7 hari Memahami Infertilitas.Bandung: Refika Aditama
Ginekologi , hal
226-233. Fakultas Kedokteran UNPAD.
Wiknjosastro,
Hanifa.2008.Ilmu Kandungan.Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar