CSE

Loading

Senin, 22 September 2014

22 september 2014...

hari ini pertama mencoba mengaajukan permohonan pekerjaan setelh berhasil menyelesaikan study dan menyandang gelar  A.Md.Keb..

tujuannya hari ini adalah RS yos sudarso padang, RSI ibnu sina, RST DR. Reksodiwiryo dan RSB cicik.

dan sekrang sayaa tau rasanya ditolak itu kyak apaaa... :(


Senin, 24 Februari 2014

just a friend

dear...
ternyata tak semuanya tak sesuai dengan harapan ku,tak sebanding dengain impian ku, hancur oleh kata yag telah aku tancapkan dalam hati ku. yah JUST A FRIEND. aku terkurung oleh sebuah kata..


kadang timbul niat ku untuk memulai, tapi ego ku menhannya. JAngan.. dima harga dirimu sebagai wanita?
aku heran pada diriku, timbul pertanyaan dalam hatiku yg aku sendiri sampai saat ini tak mmpu mnjawabya, apa benar dia yg aq sayang??? ntahlah.

awal perkenalan qu dengannya seolah tak sengaja, mulai dari aq duduk sebgai mahasiswi., wajar sam2 mahsiswa baru jadi mncari teman. sejak itu mulai intes sms, tlvn, chat dan beberapa kli ketemu.

natural saja kan??


Sabtu, 11 Januari 2014

INFEKSI NIFAS

dalam rahim akibat kebersihan yang tidak terjaga pada area kewanitaan atau kemungkinan alat alat yang tidak steril pada persalinan selain itu persalinan yang tidak bersih seperti plasenta yang tertinggal di rahim akan mengakibatkan pembusukan dan pertumbuhan di dalam rahim. Ditandai dengan demam yang tinggi, rasa nyeri pada bagian perut terutama pada daerah rahim, timbulnya bau busuk pada lokia dan berwarna darah kekuning-kuningan karena campuran nanah dan terjadinya kelumpuhan pada otot rahim.

ISPA

NFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT
(ISPA) DAN PENANGGULANGANNYA

BAB I
PENDAHULUAN 
1.1. Latar belakang
Dalam GBHN, dinyatakan bahwa pola dasar pembangunan Nasional pada hakekatnya adalah Pembangunan Manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia. Jadi jelas bahwa hubungan antara usaha peningkatan kesehatan masyarakat dengan pembangunan, karena tanpa modal kesehatan niscaya akan gagal pula pembangunan kita.
Usaha peningkatan kesehatan masyarakat pada kenyataannya tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan saja, karena masalah ini sangatlah kompleks, dimana penyakit yang terbanyak diderita oleh masyarakat terutama pada yang paling rawan yaitu ibu dan anak, ibu hamil dan ibu meneteki serta anak bawah lima tahun (1).
Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran pernapasan bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak- anak, baik dinegara berkembang maupun dinegara maju dan sudah mampu. dan banyak dari mereka perlu masuk rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat. Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada,masa dewasa. dimana ditemukan adanya hubungan dengan terjadinya Chronic Obstructive
Pulmonary Disease (2,3).
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan diPuskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan (4,5).
Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi (3). Data morbiditas penyakit pneumonia di Indonesia per tahun berkisar antara 10 -20 % dari populasi balita. Hal ini didukung oleh data penelitian dilapangan (Kecamatan Kediri, NTB adalah 17,8 % ; Kabupaten Indramayu adalah 9,8 %). Bila kita mengambil angka morbiditas 10 % pertahun, ini berarti setiap tahun jumlah penderita pneumonia di Indonesia berkisar 2,3 juta .Penderita yang dilaporkan baik dari rumah sakit maupun dari Puskesmas pada tahun 1991 hanya berjumlah 98.271. Diperkirakan bahwa separuh dari penderita pneumonia didapat pada kelompok umur 0-6 bulan (6).
Program pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun 1984, dengan tujuan berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian khususnya pada bayi dan anak balita yang disebabkan oleh ISPA (6), namun
© 2004 Digitized by USU digital library 1
kelihatannya angka kesakitan dan kematian tersebut masih tetap tinggi seperti yang telah dilaporkan berdasarkan penelitian yang telah disebutkan di atas.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan uraian yang telah disebutkan diatas maka penulis ingin mencoba untuk mengemukakan upaya pemberantasan ISPA dengan prioritas kepada penatalaksanaan kasus ISPA pada bayi dan anak-anak. Mengingat tujuan pembangunan kesehatan dalam upaya menurunkan angka mortalitas dan morbilitas, sehingga tujuan pembangunan nasional untuk memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas baik, fisik maupun mental akan tercapai.
BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN
2.1. Definisi ISPA
ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang benar II ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah (6).
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru (5,7).
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian (5).
Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik (6).
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya (7). 

imunisasi DPT

BAB I
PENDAHULUAN
I.       Latar Belakang
Dewasa ini program imunisasi semakin digalakkan oleh pemerintah, yang mempunyai tujuan jangka panjang dan jangka pendek, diantaranya tujuan jangka pendek adalah pencegahan penyakit secara perorangan dan kelompok, sedangkan tujuan jangka panjang adalah eliminasi suatu penyakit.
Dari penyakit menular yang telah ditemukan, sampai saat ini di Indonesia baru 7 macam yang diupayakan pencegahannya melalui program imunisasi yang disebut dengan penyakit yang dapat dicega dengan imunisasi. Saat ini telah dikembangkan 7 jenis vaksinasi yaitu : BCG, campak, Polio, DPT, TT, Hepatitis B, sedangkan vaksin DPT-Hb tahun 2005 baru dikembangkan dibeberapa propinsi. Untuk mencapai tujuan pelayanan imunisasi dengan baik, karakteristik vaksin harus kita ketahui secara benar, meliputi : komposisi, kemasan, penyimpan, indikasi, kontra indikasi serta efek samping yang mungkin bisa terjadi.

II.    Tujuan

1.       Tujuan umum
Mahasiswa dapat mengetahui konsep dasar imunisasi dan juga memperluas atau memperbanyak pengetahuan atau ketrampilan mengenai imunisasi.
2.       Tujuan khusus
Dengan disusunnya asuhan kebidanan diharapkan
-          Mahasiswa dapat melakukan pengkajian data
-          Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosa dan masalah
-          Mahasiswa dapat mengidentifikasi antisipasi masalah potensial
-          Mahasiswa dapat mengidentifikasi kebutuhan segera
-          Mahasiswa dapat melakukan intervensi
-          Mahasiswa dapat melakukan implementasi
-          Mahasiswa dapat melakukan evaluasi

III. Metode Penulisan

Metode penulis yang digunakan dalam Asuhan Kebidanan ini adalah metode studi pustaka/kepustakaan (buku-buku penunjang)

IV. Sistematika Penulisan

BAB I        : PENDAHULUAN
BAB II      : TINJAUAN PUSTAKA
BAB III     : PEMBAHASAN
BAB IV     : PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.        Konsep Neonatus
·         Konsep tumbuh kembang bayi
Bayi 0 – 1 memiliki gerak motorik diantaranya gerak reflek, sucking, rooting. Pada perkembangan bayi 0 – 1 bulan hanya  bisa menangis. Pemberian ASI sangat dibutuhkan guna menunjang pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI eksklusif hendaknya diberikan mulai 0 – 6 bulan.
·         Pemberian makanan pada bayi
Umur 0 – 6 bulan :
1.      Beri ASI setiap 2 jam sekali atau setiap bayi menginginkan paling sedikit 3 kali sehari pada pagi haris siang dan malam.
2.      Jangan berikan makanan dan minumkan lain selain ASI
3.      Teteki bayi dengan payudara kanan dan kiri secara bergantian
Umur 6 – 12 bulan :
1.      Beri bubur nasi 3 kali sehari setiap makanan diberikan sesuai umur
2.      Berikan makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan seperti bubur kacang ijo, pisang, biskuit.
3.      Berikan buah-buahan atau sari buah
4.      Tambahkan sayuran hijau, telur, ayam, ikan dan santan pada bubur nasi.
II.     Konsep Imunisasi
2.1 Pengertian
·         Imunisasi (vaksinasi) merupakan aplikasi prinsip-prinsip imunologi yang paling terkenal dan paling berhasil terhadap kesehatan manusia. Nama vaksin diambil dari  kata vaksinasi, virus cacar sapi yang digunakan Jenner 200 tahun yang lalu. Vaksinia merupakan upaya ilmiah pertama untuk mencegah infeksi cacar (vaficella) yang dilakukan pengetahuan sama sekali mengenai virus/segala macam mikroba dan imunologi.
Karena vaksinasi bergantung pada respon imun spesifik, keberhasilan vaksinasi sangat bergantung pada  dihasilkannya preparat antigenik patogen yang (1) aman untuk diberikan, (2) merangsang jenis imunitas yang tepat, (3) dengan harga yang dapat dijangkau oleh populasi yang menjadi tujuan populasi vaksinasi.
Untuk beberapa penyakit, ada vaksin yang sedikit banyak memenuhi kriteria-kriteria tersebut tetapi banyak penyakit yang lain belum ada vaksin yang dapat digunakan.
·         Imunisasi adalah pengimunan terhadap penyakit
2.2 Jenis-jenis Imunisasi
a.       Imunisasi yang diharuskan
1.      BCG (Bacillus Celmitte Guerin)
2.      Hepatitis B
3.      DPT (Diphteri, Pertusis dan Tetanus)
4.      Polio
5.      Campak
b.      Yang dianjurkan
1.      MMR (Measless/campak, Mumps/parotitis, Rubella/campak Jerman)
2.      Hib (Haemophilus influensa b)
3.      Demam tifoid
4.      Hepatitis A
2.3 Jadwal Imunisasi
     
Umur
Jenis Imunisasi
0 – 7 hari
1 bulan
2 bulan
3 bulan
4 bulan
9 bulan
Hepatitis B1
BCG
HB-Combo I, Polio I
HB-Combo II, Polio II
HB-Combo III, Polio 3
Campak, Polio 4

III.  Konsep Dasar Imunissi Hepatitis B

3.1 Pengertian
·         Imunisasi hepatitis B adalah suatu upaya mencegah penyakit agar anak terhindar dari penyakit hepatitis B.
·         Hepatitis B atau penyakit kuning adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang merusak hati. Penyebaran penyakit ini adalah dari darah dan prdouknya melalui suntikan yang tidak aman, melalui transfusi darah, dari ibu ke bayi selama proses persalinan/melalui hubungan seksual.
3.2 Etiologi
Etiologi dari penyakit hepatitis B adalah virus hepatitis B yang sampai sekarang belum dibiak.
3.3 Vaksin dan jenis vaksin
Vaksinasi dimaksudkan untuk mendapatkan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B. Penyakit ini dalam istilah sehari-hari bisa disebut penyakit liver. Jenis vaksin ini baru dikembangkan setelah diteliti bahwa virus hepatitis B mempunyai kaitan erat dengan terjadinya penyakit liver. Vaksin tersebut dari bagian virus hepatitis B yang dinamakan Hb5Ag yang dapat menimbulkan penyakit.
3.4 Gejala Klinis dan Penjalaran
·         Bila seorang terkena infeksi hepatitis B sebagian pasien dapat menjadi kebal, tetapi sebagian lagi akan memperlihatkan gejala kelainan seperti kulit, mata dan air kemih yang berwarna kuning. Kemudian kotoran menjadi pucat, badan merasa lemas, mual dan kadang sampai muntah. Hati terasa membesar dan nyeri bila ditekan dan gangguan perut serta gejala lain seperti flu.
·         Sebagian ada yang menjadi ganas sehingga menyebabkan kematian dan sebagian lagi sebaliknya tidak menimbulkan gejala apapun. Pasien yang tadi memperlihatkan gejala ini disebut carrier atau pengidap sehat, bila infeksi terjadi pada masa neonatus angka kesakitannya lebih banyak dan kemungkinannya kelak mengidap kanker 200 kali lebih banyak dari pada anak sehat dan pemberian gizi yang kurang baik juga berisiko terjadi serosis hepatitis akan meningkat, sedangkan bahaya dari serosis adalah varises esofagus yang akan menyebabkan hematimasis. Fungsi hati juga akan terganggu sehingga kondisi anak akan memburuk, kekurangan produksi protein akan menyebabkan asitesis, sedangkan kekurangan zat pembekuan seperti fibrinogen akan menyebabkan kelainan pembekuan darah.
3.5 Cara Penularan
Hepatitis B dapat ditularkan melalui 2 jalur :
·         Secara transmisi vertikal, adalah dari ibu ke anak
·         Secara horisontal, adalah dari anak ke anak
Transmisi vertikal dapat terjadi intra uterine, intra partum dan post partum. Transmisi horisontal dapat melalui luka yang dibuat (parental) misalnya dengan pemberian darah (transfusi darah), menyuntik dan khitanan, tindik, jika penggunaan alat-alatnya secara bersama-sama juga dapat melalui kulit atau selaput lendir yang terluka seperti kerang, luka dimulut atau dubur, masa inkubasi 1 ½ bulan – 8 bulan.
3.6 Dosis pemberian dan cara pemberian
Dosis pemberian imunisasi hepatitis B adalah 0,5 cc dan diberikan secara injeksi intra muscular.
3.7 Efek samping
Selama pemakaian 10 tahun ini tidak ada laporan adanya efek samping yang berarti, berbagai suara di masyarakat tentang kemungkinan terjangkit oleh penyakit AIDS akibat pemberian vaksin hepatitis yang berasal dari plasma, merupakan berita yang terlalu dibesar-besarkan. Dan melalui suatu penelitian yang lebih luas, WHO tetap menganjurkan pelaksanaan imunisasi hepatitis B.
3.8 Kontraindikasi
Imunisasi tidak dapat diberikan pada anak penyakit berat. Vaksinasi hepatitis B dapat diberikan pada ibu hamil dengan aman dan tidak akan membahayakan janin selama dalam kandungan ibu maupun kepada bayi selama beberapa bulan setelah lahir.

IV.  Konsep Dasar Imunisasi DPT

Pengertian
·                     Imunisasi DPT adalah suatu upaya mencegah penyakit agar anak terhindar dari penyakit diphteri, pertusis dan tetanus
·         Diphteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri coryaebacterium diphtheria. Penyebarannya adalah melalui kontak fisik dan pernafasan. Gejala penyakit awal radang tenggorokan, hilangnya nafsu dan demam ringan. Dalam 2-3 hari timbul selaput putih kebiru-biruan pada tenggorokan dan tonsil. Diphteri dapat menimbulkan komplikasi berupa kandungan pernafasan yang berakibat kematian.
·         Pertusis (disebut juga batuk rejan/batuk 100 hari) adalah penyakit pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri bordetella pertussis. Penyebaran pertusis adalah pilek, mata merah, bersin, demam dan batuk ringan yang lama kelamaan batuk menjadi parah dan menimbulkan batuk menggigil yang cepat dan keras. Komplikasi pertusis adalah pneumonia bakterialis yang dapat menyebabkan kematian.
·         Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh clostridium tetani yang menghasilkan neoro toksin. Penyakit ini tidak menyebar dari orang keorang tetapi melalui kotoran yang masuk ke dalam luka yang dalam. Gejala awal penyakit adalah kaku otot atau rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat dan demam. Pada bayi juga terdapat gejala berhenti menetek (sucking) antara 3 – 28 hari setelah lahir. Gejala berikutnya adalah kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku. Komplikasi tetanus  adalah patah tulang akibat kejang, penumonia dan infeksi lain yang menyebabkan kematian.
Indikasi
Indikasi : untuk memberikan kekebalan secara simultan terhadap difteri pertusis dan tetanus.
Cara pemberian dan dosis
-          Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen.
-          Disuntikan secara intra muskuler dengan dosis pemberian 0,5 ml sebanyak 3 dosis
-          Dosis pertama diberikan pada umur 2 bulan, dosis selanjurnya diberikan dengan interval paling cepat 4 minggu (1 bulan)
Kontra indikasi
Gejala-gejala keabnormalan otak pada bayi baru lahir atau gejala serius keabnormalan pada saraf merupakan kontra indikasi pertusis. Anak yang mengalami gejala-gejala parah dosis pertama, komponen pertusis harus dihindari pada dosis kedua dan untuk meneruskan imunisasinya dapat diberikan DT.
Efek samping
Gejala-gejala yang bersifat sementara, seperti lemas, demam, kemerahan pada tempat suntikan. Kadang-kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi, iritabilitas dan meracau yang biasanya terjadi 24 jam setelah imunisasi.

imunisasi POLIO

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Imunisasi sebagai salah satu upaya preventif untuk mencegah penyakit melalui pemberian kekebalan tubuh harus dilaksanakan secara terus-menerus, meyeluruh dan dilaksanakan sesuai standar sehingga mampu memberikan perlindungan kesehatan dan memutus mata rantai penularan. Salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi adalah poliomielitis. Poliomielitis adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh satu dari 3 virus yang berhubungan yaitu virus polio tipe 1, 2 atau 3. secara klinis penyakit polio adalah anak dibawah umur 15 tahun yang menderita lumpuh layu akut (acute flaccid paralysis = AFP). 
Penyebaran penyakit adalah melalui kotoran manusia (tinja) yang terkontaminasi. Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam, nyeri otot dan kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit. Kematian bisa terjadi jika otot-otot pernapasan terinfeksi dan tidak segera ditangani.
B.     TUJUAN
Adapun tujuan penyusunan makalah ini agar mahasiswa dapat mengetahui tentang pemberian imunisasi polio. Disamping itu juga untuk memenuhi tugas matakuliah “Ilmu Kesehatan Anak”.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    LANDASAN PEMBERIAN IMUNISASI POLIO.
Pekan Imunisasi Nasional (PIN) adalah Pekan di mana setiap balita termasuk bayi baru lahir yang bertempat tinggal di Indonesia diimunisasi dengan vaksin polio, tanpa mempertimbangkan status imunisasi sebelumnya. Pemberian imunisasi polio akan menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit Poliomielitis. Pemberian imunisasi polio secara serentak terhadap semua sasaran akan mempercepat pemutusan siklus kehidupan virus polio liar.