BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Kehamilan
ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya bagi seorang wanita yang dapat
menyebabkan kondisi yang gawat bagi wanita tersebut. Keadaan gawat ini dapat
menyebabkan suatu kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik terganggu
merupakan peristiwa yang sering dihadapi oleh setiap dokter, dengan gambaran
klinik yang sangat beragam. Hal yang perlu diingat adalah bahwa pada setiap
wanita dalam masa reproduksi dengan gangguan atau keterlambatan haid yang
disertai dengan nyeri perut bagian bawah dapat mengalami kehamilan ektopik
terganggu.
Berbagai macam
kesulitan dalam proses kehamilan dapat dialami para wanita yang telah menikah.
Namun, dengan proses pengobatan yang dilakukan oleh dokter saat ini bisa
meminimalisir berbagai macam penyakit tersebut. Kehamilan ektopik diartikan
sebagai kehamilan di luar rongga rahim atau kehamilan di dalam rahim yang bukan
pada tempat seharusnya, juga dimasukkan dalam kriteria kehamilan ektopik,
misalnya kehamilan yang terjadi pada cornu uteri. Jika dibiarkan, kehamilan ektopik
dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang dapat berakhir dengan kematian
sehingga ini akan berlanjut pada kehamilan ektopik terganggu.
Istilah
kehamilan ektopik terganggu lebih tepat daripada istilah ekstrauterin yang
sekarang masih banyak dipakai. Diantara kehamilan-kehamilan ektopik terganggu,
yang terbanyak terjadi di daerah tuba, khususnya di ampulla dan isthmus yang
menimbulkan rupture pada tuba. Pada kasus yang jarang, kehamilan ektopik
disebabkan oleh terjadinya perpindahan sel telur dari indung telur sisi yang
satu, masuk ke saluran telur sisi seberangnya.
1.2. TUJUAN
1.
Agar mahasiswi dapat mengetahui dan memahami tanda
dan gejala kehamilan ektopik
2.
Dapat mengetahui cara-cara penanganan kehamilan
ektopik
3.
Untuk mengatahui sebab dan faktor pencetusnya.
BAB II
TINJAUAN
TEORITIS
2.1. DEFENISI
Istilah ektopik
berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa Yunani,
topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan “berada di luar
tempat yang semestinya”.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan
dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus, Sebagian besar wanita yang
mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30
tahun,frekwensi kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara
0%-14,6%. apabila tidak diatasi atau diberikan penanganan secara tepat dan
benar akan membahayakan bagi sipenderita (Sarwono Prawiroharjho, Ilmu
Kebidanan, 2005)
Istilah kehamilan ektopik lebih
tepat daripada istilah ekstrauterin yang sekarang masih juga dipakai,oleh
karena terdapat beberapa jenis kehamilan ektopik yang berimplantasi dalam
uterus tetapi tidak pada tempat yang normal.(Sarwono prawirohardjo,ilmu
kandungan,2005)
Kehamilan ektopik terganggu adalah terjadi bila
telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uterik.
Kehamilan ekstrauterin tidak sinonim dengan kehamilan ektopik terganggu karna
kehamilan pada pars interstisialis tubah dan kanalis servikalis masih termasuk
dalam uterus, tetapi jelas bersifat ektopik. Apabila
pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat
berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan
ektopik terganggu.
2.2. INSIDEN
Kejadian
hamil ektopik tidak dapat disamakan karena sangat tergantung pada perilaku dan
budaya masyarakat. Pada masyarakat yang mempunyai kecenderungan untuk melakukan
hubungan seksual bebas,dapat diasumsikan kejadian hamil ektopik akan makin
meningkat. Kejadian infeksi hubungan seksual sangat berperan untuk terjadinya
hamil ektopik ,khususnya infeksi Clhamydia trachomatis,infeksi ini akan merusak
endometrium dan sel siliaris sehingga mengganggu transportasi
spermatozoa,ovum,dan hasil konsepsi.
Sebagian besar
wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20-40 tahun dengan umur
rata-rata 30 tahun,frekwensi kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan
berkisar antara 0%-14,6%. apabila tidak diatasi atau diberikan penanganan
secara tepat dan benar akan membahayakan bagi sipenderita (Sarwono
Prawiroharjho, Ilmu Kebidanan, 2005)
Beberapa penulis
mengemukakan kejadian hamil ektopik:
a)
Jone Derek Llewellyn (1:80-150 kehamilan)
b)
SK Resevear (2% dari kehamilan dengan umur kejadian
maksimal antara 24-34 tahun)
c)
Manuaba (1:97 kehamilan dengan umur kejadian
maksimal antara 26-35 tahun)
Berkaitan
dengan lokasi,kehamilan ektopik dapat dijabarkan sebagai berikut:
·
Tuba fallopi 98%
Ø Ampula
tuba 93%
Ø Isthmus
tuba 4%
Ø Interstisial
tua 2%
·
Kehamilan ektopik servikal 0,1%
·
Kehamilan ovarial 0,5%
·
Kehamilan abdominal 0,03%
·
Kehamilan interstisial 0,01%
2.3. ETIOLOGI
Kehamilan
ektopik terganggu terjadi karena hambatan pada perjalanan sel telur dari indung
telur (ovarium) ke rahim (uterus). Dari beberapa studi faktor resiko yang
diperkirakan sebagai penyebabnya adalah (3,4,6):
- Infeksi saluran telur (salpingitis),seperti bakteri khusus dapat menimbulkan gangguan pada tuba fallopi adalah Chlamydia trachomatis pada motilitas saluran telur.
- Riwayat operasi tuba.
- Cacat bawaan pada tuba, seperti tuba sangat panjang.
- Kehamilan ektopik sebelumnya.
- Aborsi tuba dan infeksi pemakaian IUD.
- Kelainan zigot, yaitu kelainan kromosom.
- Bekas radang pada tuba; disini radang menyebabkan perubahan-perubahan pada endosalping, sehingga walaupun fertilisasi dapat terjadi, gerakan ovum ke uterus terlambat.
- Operasi pada tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat menjadi sebab lumen tuba menyempit
- Abortus buatan.
- Pada hipoplasia lumen tuba sempit dan berkelok-kelok dan hal ini sering di sertai gangguan fungsi silia endosalping.
- Tumor yang mengubah bentuk tuba dan menekan dinding tuba
- Ibu pernah mengalami kehamilan ektopik sebelumnya (terdapat riwayat kehamilan ektopik)
- Memiliki riwayat Penyakit Menular Seksual (PMS) seperti gonorrhea, klamidia dan PID (pelvic inflamamtory disease)
2.4. KLASIFIKASI
a.
KEHAMILAN SERVIKAL
Kehamilan
servikal jarang terjadi. Nidasi terjadi dalam selaput lender servik. Dengan
tumbuhnya telur,servik menggembung. Pada implantasi di serviks, dapat terjadi
perdarahan tanpa disertai nyeri, dan kemungkinan terjadinya abortus spontan
sangat besar. Jika kehamilan tumbuh sampai besar, perdarahan / ruptur yang
terjadi sangat berat, sehingga sering diperlukan tindakan histerektomi total.
b.
KEHAMILAN OVARIAL
Jarang terjadi
dan biasanya berakhir dengan rupture pada hamil muda. Untuk mendiagnosa
kehamilan ovarial harus dipenuhi kriteria dari spiegelberg.
Kehamilan ovarial ditegakkan atas
dasar kriteria Spiegelberg :
1. tuba pada sisi kehamilan harus
normal
2. kantung janin harus terletak
dalam ovarium
3. kantung janin dihubungkan dengan
uterus oleh ligamentum ovarii proprium
4. jaringan ovarium yang nyata
harus ditemukan dalam dinding kantung janin
Pada
kenyataannya kriteria ini sulit dipenuhi, karena umumnya telah terjadi
kerusakan jaringan ovarium, pertumbuhan trofoblas yang luas, dan perdarahan
menyebabkan topografi kabur, sehingga pengenalan implantasi permukaan ovum
sukar ditentukan secara pasti.
c.
KEHAMILAN TUBA
Kejadian
kehamilan tuba ialah 1 di antara 150 persalinan (Amerika). Kejadian dipengaruhi
oleh factor social : mungkin karena pada golongan pendapatan rendah lebih
sering terdapat gonorrhoe karena kemungkinan berobat kurang. Ovum yang dibuahi
dapat berkembang disetiap bagian oviduktus yang menyebabkan kehamilan tuba di
ampula,ismus,atau interstisium. Ampula adalah tempat tersering kehamilan
tuba,sedangkan kehamilan interstisium terhitung hanya sekitar 3% dari seluruh
gestasi tuba.
Menurut
tempatnya nidasi dapat terjadi:
·
Kehamilan ampula (dalam ampula tuba)
·
Kehamilan isthmik (dalam isthmus tuba)
·
Kehamilan interstisil (dalam pars interstitialis
tubae)
·
Kehamilan infundibulum tuba
·
Kehamilan abdomoinal primer atau sekunder
d. KEHAMILAN INTERSTISIAL
Implantasi
telur terjadi dalam pars interstisialis tuba. Karena lapisan myometrium disini
lebih tebal maka ruptur terjadi lebih lambat kira-kira pada bulan ke-3 atau
ke-4.
Kalau
terjadi ruptur maka perdarahan hebat karena tempat ini banyak pembuluh darahnya
sehingga dalam waktu yang singkat dapat menyebabkan kematian.
e. KEHAMILAN ABDOMINAL PRIMER
Dimana telur dari awal mengadakan implantasi dalam rongga perut dengan
cirri-ciri tuba dan ovarium normal,tidak terdapat fistula utero-plasenter,dan
implantasi umumnya di sekitar uterus dan CD.
f. HAMIL ABDOMINAL SEKUNDER
Yang
asalnya kehamilan tuba dan setelah rupture,ekspulsi dari ostium tuba
eksternumnya dan ekspulsi dari fistula utero-plasenter baru menjadi kehamilan
abdominal. Biasanya plasenta terdapat pada daerah tuba,permukaan belakang rahim
dan ligamentum latum. Ada kalanya hamil abdominal sekunder ini mencapai umur
cukup bulan,tapi hal ini jarang terjadi,yang lazim ialah bahwa janin mati
sebelum mencapai maturitas (bulan ke 5 atau ke 6) karena pengambilan makanan
kurang sempurna.
Menurut
lokasinya,kehamilan ektopik sebenarnya banyak klasifikasi dan dapat dibagi
dalam beberapa golongan:
a) Tuba fallopi: pars interstisialis,isthmus,ampulla,infundibulum,fimbria.
b) Uterus: kanalis servikalis,divertikulum,koruna,tanduk rudimenter.
c) Ovarium
d) Intraligamenter
e) Abdominal: primer,sekunder
f) Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus
Namun diantara kehamilan-kehamilan ektopik,yang
terbanyak ialah yang terjadi di tuba (90%) khususnya di ampula dan isthmus.
2.5.
TANDA DAN GEJALA
a)
Ada riwayat terlambat haid atau amenorrhea dan
gejala kehamilan muda.
b)
Perdarahan
banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala yang tidak
jelas sehingga sukar membuat diagnosisnya
c)
Nyeri
merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu.
Nyeri perut bagian bawah, pada ruptur tuba nyeri terjadi tiba-tiba dan hebat,
menyebabkan penderita pingsan sampai shock.
d)
Perdarahan
pervaginam berwarna cokelat tua
e) Pada pemeriksaan vagina terdapat nyeri goyang
bila serviks digerakkan, nyeri pada perabaan dan kavum douglasi menonjol karena
ada bekuan darah
f) Keadaan
umum ibu dapat baik sampai buruk / syok, tergantung beratnya perdarahan yang
terjadi.
g)
Level HCG rendah
h)
Pembesaran uterus: pada kehamilan ektopik uterus
membesar.
i)
Gangguan kencing: kadang-kadang terdapat gejala
besar kencing karena perangsangan peritonium oleh darah di dalam rongga perut
Gejala
tahap lanjut pada kehamilan ektopik
·
Rasa sakit perut yang
muncul akan terjadi semakin sering
·
Gejala lainnya adalah
kulit ibu hamil terlihat lebih pucat
·
Adanya tekanan darah
rendah (hipotensi)
·
Terjadinya denyut nadi
yang meningkat
·
Shock karena
hypovoluemia.
·
Perubahan darah: dapat
di duga bahwa kadar haemoglobin turun pada kehamilan tuba yang terganggu karena
perdarahan yang banyak dalam rongga perut.
2.6.
PATOFISIOLOGI
Prinsip patofisiologi yakni
terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang telah dibuahi dalam perjalanannya
menuju kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan embrio dalam tuba tidak dapat
terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu. Ada beberapa
kemungkinan akibat dari hal ini yaitu :
1.
Kemungkinan “tubal
abortion”, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung distal (fimbria) dan
ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan ampulla, darah
yang keluar dan kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu
banyak karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.
2.
Kemungkinan ruptur
dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat dari distensi
berlebihan tuba dan faktor utama yang menyebabkan rupture ialah penembusan
villi koriales ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke perineum.
Rupture dapat terjadi secara spontan atau karena trauma ringan seperti coitus dan pemeriksaan vaginal.
Rupture dapat terjadi secara spontan atau karena trauma ringan seperti coitus dan pemeriksaan vaginal.
3.
Faktor abortus ke dalam
lumen tuba. Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada
ismus dan biasanya pada kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi secara spontan
atau karena trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi
perdarahan dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit hingga banyak, sampai menimbulkan
syok dan kematian.
4.
Karena tuba bukan tempat untuk pertumbuhan hasil
kosepsi tidak mungkin janin tumbuh secara utuh seperti dalam uterus.sebagian
besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6-10 minggu.
5.
Hasil kosepsi mati dan diresorbsi pada implantasi
secara kolumner,ovum yang dibuahi cepat mati karena vaskularisasi kurang dan
dengan mudah terjadi resorbsi total.dalam keadaan ini penderita tidak mengeluh
apa-apa hanya haidnya terlambat untuk beberapa hari.
6.
Factor lain, seperti Migrasi luar ovum yaitu perjalanan dari
ovarium kanan ke tuba kiri atau sebaliknya dapat memperpanjang perjalan telur
yang dibuahi ke uterus pertumbuhan telur yang terlalu cepat dapat menyebabkan
implantasi premature.
2.7. DIAGNOSA
Diagnosis kehamilan ektopik
terganggu pada jenis mendadak(akut) biasanya tidak sulit. Keluhan yang sering
disampaikan ialah haid yang terlambat untuk beberapa waktu atau terjadi
gangguan siklus haid disertai nyeri perut bagian bawah dan penesmus. Dapat terjadi
perdarahan pervaginam.
Yang menonjol ialah penderita
tampak kesakitan,pucat,dan pada pemeriksaan ditemukan tanda-tanda syok serta
perdarahan dalam rongga perut. Pada pemeriksaan ginekologik ditemukan servik
yang nyeri bila digerakkan dan kavum douglas yang menonjol dan nyeri raba.
Kesulitan diagnosis biasanya
terjadi pada kehamilan ektopik terganggu jenis apitik atau menahun. Kelambatan
haid tidak jelas,tanda dan gejala kehamilan muda tidak jelas,demikian pula
nyeri perut tidak nyata dan sering penderita tampak tidak terlalu pucat. Hal
ini dapat terjadi apabila perdarahan pada kehamilan ektopik yang terganggu
berlangsung lambat. Dalam keadaan demikian,alat bantu diagnostik amat
diperlukan untuk memastikan diagnosis.
Kehamilan ektopik lanjut biasa saja
terjadi dimana janin dapat tumbuh terus karena mendapat cukup zat-zat makanan
dan oksigen dari plasenta yang meluaskan implantasinya ke jaringan
sekitarnya,misalnya ligamentum latum,uterus,dasar panggul,usus,dan sebagainya.
Walaupun diagnosanya agak sulit
dilakukan, namun beberapa cara ditegakkan, antara lain dengan inspeksi,palpasi.
a)
Anamnesis dan gejala klinis
Riwayat terlambat haid, gejala dan
tanda kehamilan muda,adanya perdarahan per vaginam, ada nyeri perut kanan /
kiri bawah. Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang
terkumpul dalam peritoneum.
b)
Pemeriksaan umum : keadaan umum dan tanda vital
dapat baik sampai buruk. Penderita tampak kesakitan dan pucat: Pada jenis tidak
mendadak perut bagian bawah hanya sedikit mengembung dan nyeri tekan
pemeriksaan fisis
c)
Didapatkan
rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa.
d)
Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu
hipotensi, pucat dan ekstremitas dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu
perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.
e)
Pemeriksaan ginekologis : perdarahan dalam rongga
perut tanda syok dapat di temukan. Tanda kehamilan muda mungkin ditemukan,
pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba, maka akan
teraba sedikit membesar dan kadang teraba tumor disamping uterus dengan batas
yang sukar ditentukan,seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan
dan kiri.
f)
Diagnosis pasti kehamilan ektopik terganggu hanya
bisa ditegakkan dengan laparotomi
g)
Pemeriksaan Penunjang
Ø
Pemeriksaan laboratorium
Hb, Leukosit, urine
B-hCG (+). Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat
meningkat. Pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel darah merah berguna dalam
menegakan diagnosis kehamilan ektopik terganggu terutama ada tanda perdarahan
dalam rongga perut,bahwa kadar Hb pada pasien semakin menurun karena perdarahan
yang terus menerus terjadi didalam rongga perut.
Ø
Pemeriksaan kuldosentesis
Kuldosentesis adalah
suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglas ada darah,
cara ini amat berguna dalam membantu diagnosis kehamilan ektopik terganggu.
Ø
Pemeriksaan ultra sonografi
Pemeriksaan ini berguna
dalam diagnostic kehamilan ektopik terganggu. Diagnosis pastinya ialah apa bila
ditemukan kantong gestasi diluar uterus yang didalam nya tampak denyut jantung
janin. Dan dapat dinilai kavum uteri,kosong atau berisi. Tidak ada kantung
kehamilan dalam kavum uteri,adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri,adanya
massa komplek di rongga panggul.
Ø
Pemeriksaan laparoskopi
Digunakan sebagai alat
Bantu diagnostic terakhir untuk kehamilan ektopik terganggu. Pada pemeriksaan
ini dapat dilihat dengan mata sendiri perubahan-perubahan pada tuba dan darah
yang terkumpul dalam rongga perut terutama pada kehamilan ektopik yang sudah
terjadi rupture pada tuba.
2.8. PENANGANAN
Penanganan kehamilan ektopik
terganggu pada umumnya adalah laparotomi. Pada laparotomi perdarahan selekas
mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksa yang menjadi sumber
perdarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dalam rongga
perut sebanyak mungkin dikeluarkan. Dalam tindakan demikian, beberapa hal yang
harus dipertimbangkan yaitu: kondisi penderita pada saat itu, keinginan
penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik. Hasil ini
menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi (pemotongan bagian tuba yang
terganggu) pada kehamilan tuba. Dilakukan pemantauan terhadap kadar HCG
(kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang berlangsung terus menandakan masih
adanya jaringan ektopik yang belum terangkat.
Penanganan pada kehamilan ektopik
terganggu dapat pula dengan transfusi, infus, oksigen, atau kalau dicurigai ada
infeksi diberikan juga antibiotika dan antiinflamasi. Sisa-sisa darah
dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat dan
harus dirawat inap di rumah sakit.
a.
Setelah diagnosis ditegakan, segera lakukan
persiapan untuk tindakan operatif laparatomi
b.
Ketersediaan darah pengganti bukan menjadi syarat
untuk melakukan tindakan operatif karena sumber perdarahan harus dihentikan.
c.
Upaya stabilisasi dilakukan dengan segera
merestorasi cairan tubuh dengan larutan kristaloid NS atau RL (500 ml dalam
lima menit pertama) atau 2l dalam dua jam pertama (termasuk selama tindakan
berlangsung)
d.
Pastikan darah yang dihisap dari rongga obdomen
telah melalui alat pengisap dan wadah penampung yang steril
e.
Saring darah yang tertampung dengan kain steril dan
masukan kedalam kantung darah (blood bag) apabila kantung darah tidak tersedia
masukan dalam botol bekas cairan infus (yang baru terpakai dan bersih) dengan
diberikan larutan sodium sitrat 10ml untuk setiap 90ml darah.
f.
Transfusikan darah melalui selang transfusi yang
mempunyai saringan pada bagian tabung tetesan.
g.
Tindakan dapat berupa :
Ø Parsial
salpingektomi yaitu melakukan eksisi bagian tuba yang mengandung hasil konsepsi
tetapi pada kehamilan ektopik terganggu jika sudah terjadi ruptur maka tuba
harus diangkat.
Ø Salpingostomi
(hanya dilakukan sebagai upaya konservasi dimana tuba tersebut merupakan salah
satu yang masih ada) yaitu mengeluarkan hasil konsepsi pada satu segmen tuba
kemudian diikuti dengan reparasi bagian tersebut. Resiko tindakan ini adalah
kontrol perdarahan yang kurang sempurna atau rekurensi (hasil ektopik ulangan).
h.
Mengingat kehamilan ektopik terganggu berkaitan
dengan gangguan fungsi transportasi tuba yang di sebabkan oleh proses infeksi
maka sebaiknya pasien di beri anti biotik kombinasi atau tunggal dengan
spektrum yang luas.
i.
Untuk kendali nyeri pasca tindakan dapat diberikan:
Ø
Ketoprofen 100 mg supositoria.
Ø
Tramadol 200 mg IV.
Ø
Pethidin 50 mg IV (siapkan anti dotum terhadap
reaksi hipersensitivitas)
Ø
Atasi anemia dengan tablet besi (SF) 600 mg per
hari.
j.
Konseling pasca tindakan
Ø
lanjutan fungsi reproduksi.
Ø
Resiko hamil ektopik ulangan.
Ø
Kontrasepsi yang sesuai.
Ø
Asuhan mandiri selama dirumah.
Ø
Jadwal kunjungan ulang
k.
Criteria khusus yang diobati dengan cara ini adalah
:
Ø
Kehamilan di pars ampullaris tuba belum pecah
Ø
Diameter kantong gestasi ≤ 4cm
Ø
Perdarahan dalam rongga perut kurang dari 100 ml
Ø
Tanda vital baik dan stabil
Tidak ada komentar:
Posting Komentar