BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Diare
merupakan salah satu penyebab angka kematian dan kesakitan tertinggi pada anak,
terutama pada anak berumur kurang dari 5 tahun (balita).Di negara berkembang,
sebesar 2 juta anak meninggal tiap tahun karena diare, dimana sebagian kematian
tersebut terjadi di negara berkembang (Parashar, 2003). Berdasarkan laporan
WHO, kematian karena diare di negara berkembang diperkirakan sudah menurun dari
4,6 juta kematian pada tahun 1982 menjadi 2 juta kematian pada tahun 2003 (WHO,
2003), Di Indonesia, angka kematian diare juga telah menurun tajam.
Berdasarkan data hasil survei rumah tangga, kematian karena diare diperkirakan
menurun dari 40% pada tahun 1972 hingga 26,9% pada tahun 1980, 26,4% tahun 1986
hingga 13% tahun 2001 dari semua kasus kematian.
Walaupun
angka kematian karena diare telah menurun, angka kesakitan karena diare tetap
tinggi baik di negara maju maupun negara berkembang. Di Indonesia, dilaporkan
bahwa tiap anak mengalami diare sebanyak 1,3 episode per tahun (Depkes, 2003).
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2002 – 2003, prevalensi
diare pada anak-anak dengan usia kurang dari 5 tahun di Indonesia adalah:
laki-laki 10,8 % dan perempuan 11,2 %. Berdasarkan umur, prevalensi tertinggi
terjadi pada usia 6 – 11 bulan (19,4%), 12 – 23 bulan (14,8%), dan 24 – 35
bulan (12,0%) (Biro Pusat Statistik, 2003)
Hingga saat
ini penyakit Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia,
hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka kesakitan diare dari tahun ke
tahun.Di dunia, sebanyak 6 juta anak meninggal setiap tahun karena diare,
sebagian kematian tersebut terjadi di negara berkembang (Parashar, 2003).
Menurut WHO, di negara berkembang pada tahun 2003 diperkirakan 1,87 juta anak
balita meninggal karena diare, 8 dari 10 kematian tersebut pada umur < 2
tahun. Rata-rata anak usia< 3 tahun di negara berkembang mengalami episode
diare 3 kali dalam setahun. (WHO, 2005). Hasil survey Subdit diare angka kesakitan
diare semua umur tahun 2000 adalah 301/1000 penduduk, tahun 2003 adalah
374/1000 penduduk, tahun 2006 adalah 423/1000 penduduk. Kematian diare
pada balita 75,3 per 100.000 balita dan semua umur 23,2 per 100.000 penduduk
semua umur (Hasil SKRT 2001). Diare merupakan penyebab kematian no 4 (13,2%)
pada semua umur dalam kelompok penyakit menular. Proporsi diare sebagai
penyebab kematian nomor 1 pada bayi postneonatal (31,4%) dan pada anak balita
(25,2%) (Hasil Riskesdas 2007).
Kesakitan
balita karena diare makin meningkat sehingga dikhawatirkan terjadi peningkatan
kasus Gizi buruk.
Penyakit
Diare masih sering menimbulkan KLB ( Kejadian Luar Biasa ) seperti halnya
Kolera dengan jumlah penderita yang banyak dalam waktu yang singkat. Namun
dengan tata-laksana Diare yang cepat, tepat dan bermutu kematian dapat ditekan
seminimal mungkin.
Diare merupakan suatu penyakit
dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja yang melembek sampai mencair dan bertambahnya
frekwensi BAB lebih dari biasanya. (3
kali atau lebih dalam 1 hari). Diare terjadi ketika
cairan yang tidak mencukupi diserap oleh usus besar. Sebagai bagian dari proses
digestasi, atau karena masukan cairan, makanan tercampur dengan sejumlah besar
air.
Infeksi oleh
agen penyebab terjadi bila makan makanan / air minum yang terkontaminasi tinja/
muntahan penderita diare.Penularan langsung juga dapat terjadi bila tangan,
alat-alat yang terpakai makan dan minum tercemar dipergunakan untuk menyuap
makanan.
B.
Tujuan
a. Untuk
menegetahui wabah diare
b. Untuk
mengetahui upaya penanggulangan wabah
diare
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Penyakit Diare
Suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk
dan konsistensi dari tinja , yang melembek sampai mencair dan bertambahnya
frekwensi berak lebih dari biasanya. (3 kali atau lebih dalam 1 hari).
Diare terjadi ketika
cairan yang tidak mencukupi diserap oleh usus besar. Sebagai bagian dari proses
digestasi, atau karena masukan cairan, makanan tercampur dengan sejumlah besar
air.
Oleh karena itu makanan
yang dicerna terdiri dari cairan sebelum mencapai usus besar. Usus besar
menyerap air, meninggalkan material yang lain sebagai kotoran yang setengah
padat. Bila usus besar rusak atau "inflame", penyerapan tidak terjadi
dan hasilnya adalah kotoran yang berair. Jadi kesimpulannya diare adalah sebuah
penyakit di mana penderita mengalami buang air besar yang sering dan masih
memiliki kandungan air berlebihan. Kondisi ini dapat merupakan gejala dari
luka, penyakit, alergi (fructose, lactose), penyakit dari makanan atau
kelebihan vitamin C dan biasanya disertai sakit perut, dan seringkali enek dan
muntah.
B. Upaya
Penanggulangan Wabah Diare
1. Menentukan
Tujuan
a.
Sebab Wabah
Diare
·
Bakteri , virus,
parasit ( jamur, cacing , protozoa)
·
Penyakit usus (penyakit
Crohn, kolitis ulserativa)
·
Keracunan
makanan/minuman yang disebabkan oleh bakteri maupun bahan kimia
·
Alergi terhadap makanan
tertentu
·
Kurang gizi
·
Tubuh tidak dapat cukup
menyerap nutrisi tertentu dari diet
·
Alergi terhadap susu
·
Immuno defesiensi
·
Diare juga dapat
disebabkan oleh konsumsi alkohol yang berlebihan, terutama dalam seseorang yang
tidak cukup makan.
b.
Factor penyebab
wabah diare
·
Factor infeksi
·
Factor umur
·
Factor status gizi
·
Factor lingkungan
·
Susunan makanan
c.
Kelompok masyarakat yang terancam terkena wabah diare
·
Bayi dan anak balita
·
Masyarakat yang memiliki higien sanitasi yang buruk
·
Masyarakat yang memiliki keadaan gizi yang buruk
d.
Cara penanggulangan wabah diare
a) Masa pra wabah
Informasi kemungkinan akan
terjadinya wabah adalah dengan melaksanakan Sistem Kewaspadaan Dini secara
cermat, selain itu melakukan langkah-langkah lainnya :
o
Meningkatkan kewaspadaan dini di Puskesmas baik SKD, tenaga
dan logistik.
o
Membentuk dan melatih TIM Gerak Cepat Puskesmas.
o
Mengintensifkan penyuluhan kesehatan pada masyarakat
o
Memperbaiki kerja laboratorium
o
Meningkatkan kerjasama dengan instansi lain
b) Tim Gerak Cepat (TGC) :
Sekelompok tenaga kesehatan yang
bertugas menyelesaikan pengamatan dan penanggulangan wabah di lapangan sesuai
dengan data penderita Puskesmas atau data penyelidikan epidemologis. Tugas
/kegiatan :
·
Pengamatan
·
Pencarian penderita lain yang tidak datang berobat.
·
Pengambilan usap dubur terhadap orang yang dicurigai
terutama anggota keluarga
·
Pengambilan contoh air sumur, sungai, air pabrik dll yang
diduga tercemari dan sebagai sumber penularan.
·
Pelacakan kasus untuk mencari asal usul penularan dan
mengantisipasi penyebarannya
·
Pencegahan dehidrasi dengan pemberian oralit bagi setiap
penderita yang ditemukan di lapangan.
·
Penyuluhan baik perorangan maupun keluarga
·
Membuat laporan tentang kejadian wabah dan cara
penanggulangan secara lengkap
c) Pembentukan Pusat Rehidrasi
Untuk menampung penderita Diare yang
memerlukan perawatan dan pengobatan.
Tugas pusat rehidrasi :
v Merawat dan memberikan pengobatan
penderita Diare yang berkunjung.
v Melakukan pencatatan nama , umur,
alamat lengkap, masa inkubasi, gejala diagnosa dsb.
v Memberikan data penderita ke Petugas
TGC
v Mengatur logistik
v Mengambil usap dubur penderita
sebelum diterapi.
v Penyuluhan bagi penderita dan
keluarga
v Menjaga pusat rehidrasi tidak
menjadi sumber penularan (lisolisasi).
v Membuat laporan harian, mingguan
penderita Diare yang dirawat.(yang diinfus, tidak diinfus, rawat jalan, obat
yang digunakan dsb
e.
Kegiatan yang dilakukan dalam penyelidikan epidemiologis
1)
Pengumpulan data morbiditas dan mortalitas penduduk
Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan derajat
kesakitan dan kematian yang tinggi di berbagai negara teru-tama di negara
berkembang, dan sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan
kematian anak di dunia. Secara umum, diperkirakan
lebih dari 10 juta anak berusia kurang dari 5 tahun meninggal setiap tahunnya,
sekitar 20 % me-ninggal karena infeksi diare. Kematian yang disebabkan diare di
antara anak – anak terlihat menurun dalam kurun waktu lebih dari 50 tahun. Meskipun mortalitas dari
diare dapat diturunkan dengan program rehidrasi/terapi cairan namun angka
ke-sakitannya masih tetap tinggi. Pada saat ini angka kematian yang disebabkan
diare adalah 3,8 per 1000 per tahun, median
insidens secara keseluruhan pada anak usia dibawah 5 tahun adalah 3,2
episode anak per tahun. Setiap tahun diperkirakan 2,5 miliar kejadian diare
pada anak balita, dan hampir tidak ada perubahan dalam dua dekade tera-khir.
Diare pada balita tersebut lebih dari separohnya terjadi di Afrika dan Asia
Selatan, dapat mengakibatkan kematian ata u
keadaan berat lainnya. Insidens diare bervariasi menurut musim dan umur.
Anak-anak adalah kelompok usia rentan terhadap
diare, insiden diare tertinggi pada kelompok anak usia dibawah dua
tahun, dan menurun dengan bertambahnya usia anak. The Millenium Development Goals (MDG’s)
menargetkan untuk menurunkan dua per tiga kematian anak dalam periode 1990
-2015. Diare menduduki urutan kedua penyebab kematian pada anak ,dan sebagai
salah satu penyebab utama tingginya
angka kematian anak di dunia Di Indonesia berdasarkan data laporan
Surveilan Terpadu Penyakit (STP) puskesmas dan rumah sakit (RS) secara
keseluruhan angka insidens Diare selama
kurun waktu lima tahun dari tahun 2002 sampai tahun 2006 cenderung berfluktuasi
dari 6,7 per 1000 pada tahun 2002
menjadi 9,6 per 1000 pada tahun 2006 ( angka insiden bervariasi antara 4,5-
25,7 per 1000). Dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 penyakit
diare menduduki urutan ke dua dari penyakit infeksi dengan angka morbiditas
sebesar 4,0% dan mortalitas 3,8%. Dilaporkan pula bahwa penyakit Diare
menempati urutan tertinggi penyebab
kematian (9,4%) dari seluruh kematian bayi. Dari data riset kesehatan dasar
(Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007, dilaporkan bahwa prevalensi Diare 9,0%,
dan diantara 33 provinsi bervariasi
antara 4,2% - 18,9%. Adanya kesepakatan Internasional pada tahun 1970 dan 1980
untuk menurunkan angka kematian anak akibat Diare meng-gunakan Oral Rehydration
Salts (ORS), merupakan solusi yang efektif dan harga terjangkau. Saat ini hanya
39 % anak -anak dengan Diare di negara
berkembang yang menerima ORS, diteruskan dengan tetap mendapatkan asupan
ASI/makanan. Demikian pula pencapaian MDG’s dalam menurunkan angka kematian
anak, dimana dilaporkan bahwa Diare merupakan salah satu penyebab tingginya angka kematian pada
anak. Meskipun mortalitas dari Diare dapat diturunkan dengan program
re-hidrasi/terapi cairan namun angka kesakitannya masih tetap tinggi, serta adanya
tujuh rancangan pengendalian Diare dari
UNICEF dan WHO, maka dalam tulisan ini disampaikan kajian morbiditas dan
mortalitas diare pada balita dan bayi di Indonesia dari berbagai penelitian
setelah tahun 2000, yang dapat bermanfaat sebagai informasi dalam perencanaan
dan pengembang -an upaya pengendalian Diare di Indonesia.
·
Morbiditas Diare
Diare
merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme meliputi
bakteri, virus, parasit, protozoa, dan penularan nya secara fekal-oral. Diare
dapat mengenai semua kelompok umur dan berbagai golongan sosial, baik di negara
maju mau-pun di negara berkembang, dan erat hubungannya dengan kemiskinan serta
lingkungan yang tidak higienis. Di Indonesia, Diare merupakan penyakit endemis
terdapat disepanjang tahun, dan puncak tertinggi pada peralihan musim peghujan dan kemarau. Dari Gambar 1, data
berbasis pelayanan kesehatan, setelah tahun 2000 insidens Diare pada semua
kelompok umur terlihat cenderung menurun
pada tahun 2002, kemudian terjadi peningkatan dan penurunan yang bervariasi.
Fluktuasi angka insidens ini disebabkan
persentasi kelengkapan laporan dari puskesmas dan rumah sakit (RS) yang
bervariasi pula dari tahun ke tahun.
Perbedaan ini disebabkan data tidak dikirim ke pusat atau data yang
dikirim kurang lengkap, mungkin karena adanya kebijakan desentralisasi dari pusat termasuk bidang
kesehatan pada tahun 2002. Dilaporkan oleh Ditjen PPM&PL, persentase
kelengkap -an laporan dari puskesmas dari tahun 2001-2004 berkisar 13,6%-24,4%,
dan dari RS berkisar 15,4%-14,7%. Pada tahun
2008, tiga provinsi tidak mengirimkan laporan/data. Dari data STP
Puskesmas yang diterima, kasus yang terbanyak adalah pada kelompok umur 1- 4 tahun
·
Mortalitas Diare
WHO melaporkan bahwa
penyebab utama kematian pada balita adalah Diare (post neonatal) 14% dan
Pneumonia (post neo-natal) 14% kemudian Malaria 8%, penyakit tidak menular
(post neonatal) 4% injuri (post neonatal) 3%, HIVAIDS 2%, campak 1% , dan lainnya 13%, dan kematian yang bayi
<1 bulan (newborns death) 41%.
Kematian pada bayi umur <1 bulan akibat
Diare yaitu 2%. Terlihat bahwa Diare sebagai salah satu penyebab utama
tingginya angka kematian anak di dunia . Di Indonesia, penyebab kematian akibat
Diare pada semua kelompok umur, dari SKRT tahun 2001 (17%) menduduki urutan
ke 2; dari SKRT tahun 2003 (19%)
menduduki urutan pertama dan dari
Riskesdas 2007 pada penyakit menular (13,2%) men-duduki urutan ke 4. Namun
penyebab kematian akibat Diare pada balita pada SKRT 2003 (19%), angka ini ditemukan lebih tinggi pada Riskesdas 2007 yaitu 25,2% dan
menduduki urutan pertama / tertinggi. Demikian pula kelompok umur 29 hari -11 bulan (31,4%), juga menduduki urutan pertama/
tertinggi. Dalam hal ini ditemukan adanya peningkatan yang cukup tinggi
pro-porsi kematian balita akibat Diare. Peningkatan proporsi dapat dikatakan
masih kurangnya pemanfaatan sarana pelayanan
kesehatan ( RS, puskesmas, puskesmas pembantu, dokter praktek dan bidan
praktek) oleh masyarakat karena jaraknya jauh
dan waktu tempuh yang lama yaitu masih besarnya proporsi rumah tangga
dengan jarak >5 km ke sarana pelayanan kesehatan di pedesaan , demikian pula
proporsi rumah tangga dengan >30 menit. Meskipun di pedesaan proporsi jarak
rumah tangga ke Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat (UKBM) jauh lebih besar yaitu 78,9%, yang memanfaatkan posyandu
hanya 27,3%. Terlihat masih kurangnya pengetahuan dan perhatian masyarakat
terhadap kesehatan.
2)
Pemeriksaan klinis,
fisik, laboratorium dan penegakan diagnosis
a.
Tanda gejala
diare
·
Inkontinensia feses
yaitu Buang air besar makin sering / yang merupakan ketidak mampuan untuk
mengendalikan buang air besar sampai waktu yang tepat
·
urgensi dubur, yang
merupakan dorongan mendadak untuk buang air besar yang begitu kuat
·
Muntah terus menerus
·
Buang air besar segera
setelah makan makan
·
Rasa haus yang nyata
·
Tidak dapat minum atau
makan
·
Terasa sangat lemah / capek sekali/kehilangan
tenaga
·
Demam tinggi
·
Ada darah dalam tinja
·
Nyeri atau kepekaan
perut dan perut berbunyi.
·
Pegal
pada punggung
b. Pemeriksaan
Penunjang
·
Pemeriksaan Tinja.
Pemeriksaan
penting dalam tinja ialah terhadap parasit dan telur cacing. Sama pentingnya
dalam keadaan tertentu adalah tes terhadap darah samar. Secara makroskopik,
warna tinja dapat dipengaruhi oleh jenis makanan, kelainan dalam saluran usus
dan oleh obat-obatan yang diberikan.Adanya lendir berarti rangsangan atau
radang dinding usus.Jika lendir tersebut berada di bagian luar tinja,
lokalisasi iritasi itu mungkin usus besar; jika bercampur baur dengan tinja
mungkin sekali usus kecil.Adanya darah dapat menjadi petunjuk lokasi
perdarahan.Makin proksimal terjadinya perdarahan, darah bercampur dengan tinja
sehingga makin hitam warnanya. Merah muda biasanya oleh perdarahan yang segar
di bagian distal. Pada pemeriksaan mikroskopik, usaha mencari protozoa dan
cacing merupakan maksud terpenting.
2.
Pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan
isolasi penderita, termasuk tindakan karantina
LINTAS Diare
( Lima Langkah Tuntaskan Diare )
1) Berikan
Oralit
Untuk
mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan
mulai dari rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan
bila tidak tersedia berikan cairan rumah
tangga seperti air tajin, kuah sayur, air
matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang
rendah, yang dapat mengurangi rasa mual
dan muntah. Oralit merupakan cairan yang
terbaik bagi penderita diare untuk
mengganti cairan yang hilang. Bila penderita
tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan
melalui infus.
Derajat dehidrasi dibagi dalam 3
klasifikasi :
a) Diare
tanpa dehidrasi
Tanda
diare tanpa dehidrasi, bila terdapat 2 tanda
di bawah ini atau lebih :
- Keadaan Umum
: baik
- Mata
: Normal
- Rasa haus
: Normal, minum biasa
- Turgor kulit : kembali cepat
Dosis
oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi
sbb :
Umur
< 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret
Umur
1 –
4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret
Umur
diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret
b) Diare
dehidrasi Ringan/Sedang
Diare
dengan dehidrasi Ringan/Sedang, bila
terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih:
·
Keadaan Umum : Gelisah, rewel
·
Mata : Cekung
·
Rasa haus : Haus, ingin minum banyak
·
Turgor kulit : Kembali lambat
Dosis
oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit
seperti diare tanpa dehidrasi.
c) Diare
dehidrasi berat
Diare dehidrasi berat, bila terdapat
2 tanda di bawah ini atau lebih:
·
Keadaan Umum : Lesu, lunglai, atau tidak sadar
·
Mata : Cekung
·
Rasa haus : Tidak bisa minum atau malas minum
·
Turgor kulit : Kembali sangat lambat (lebih dari 2 detik)
Penderita
diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk di infus.
2) Berikan
obat Zinc
Zinc merupakan salah
satu mikronutrien yang penting dalam
tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS
(Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan
mengakibatkan hipersekresi epitel usus.
Zinc juga berperan dalam epitelisasi
dinding usus yang mengalami kerusakan
morfologi dan fungsi selama kejadian diare. Pemberian Zinc selama diare
terbukti mampu mengurangi lama dan
tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan
kejadian diare pada 3 bulan
berikutnya.(Black, 2003). Penelitian di
Indonesia menunjukkan bahwa Zinc
mempunyai efek protektif terhadap diare sebanyak 11 % dan menurut hasil pilot study
menunjukkan bahwa
Zinc mempunyai tingkat
hasil guna sebesar 67 % (Hidayat 1998
dan Soenarto 2007). Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc
segera saat anak mengalami diare.
Dosis pemberian Zinc
pada balita:
- Umur < 6
bulan : ½ tablet ( 10 Mg ) per hari
selama 10 hari
- Umur > 6
bulan : 1 tablet ( 20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan
selama 10 hari walaupun diare sudah
berhenti.
Cara pemberian tablet
zinc :
Larutkan tablet dalam 1
sendok makan air matang atau ASI,
sesudah larut berikan pada anak diare.
3) Pemberian
ASI / Makanan :
Pemberian
makanan selama diare bertujuan untuk
memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan
tumbuh serta mencegah berkurangnya berat
badan. Anak yang masih minum Asi harus
lebih sering di beri ASI. Anak yang minum
susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak uis 6 bulan atau lebih termasuk bayi
yang telah mendapatkan makanan padat
harus diberikan makanan yang mudah
dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit
dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu
untuk membantu pemulihan berat badan.
4) Pemberian
Antibiotika hanya atas indikasi
Antibiotika
tidak boleh digunakan secara rutin karena
kecilnya kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat
pada penderita diare dengan darah
(sebagian besar karena shigellosis),
suspek kolera. Obat-obatan Anti diare
juga tidak boleh diberikan pada anak
yang menderita diare karena terbukti tidak
bermanfaat. Obat anti muntah tidak di anjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak
mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan
status gizi anak, bahkan sebagian besar
menimbulkan efek samping yang bebahaya
dan bisa berakibat fatal. Obat anti
protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia).
5) Pemberian
Nasehat
Ibu atau pengasuh yang berhubungan
erat dengan balita harus diberi nasehat
tentang :
a) Cara
memberikan cairan dan obat di rumah
b) Kapan
harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
·
Diare lebih sering
·
Muntah berulang
·
Sangat haus
·
Makan/minum sedikit
·
Timbul demam
·
Tinja berdarah
·
Tidak membaik dalam 3
hari
3.
Pencegahan
dan pengebalan
a. Kegiatan
pencegahan penyakit diare yang benar dan
efektif yang dapat dilakukan adalah :
1) Pemberian
ASI
ASI
adalah makanan paling baik untuk bayi.
Komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap
secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah
cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai
umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain
yang dibutuhkan selama masa ini. ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber
susu lain seperti susu formula atau
cairan lain yang disiapkan dengan air
atau bahan-bahan dapat terkontaminasi
dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa
menggunakan botol, menghindarkan anak
dari bahaya bakteri dan organisme lain
yang akan menyebabkan diare. Keadaan
seperti ini di sebut disusui secara penuh
(memberikan ASI Eksklusif). Bayi harus disusui secara penuh sampai
mereka berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan
dari kehidupannya, pemberian ASI harus
diteruskan sambil ditambahkan dengan
makanan lain (proses menyapih). ASI mempunyai khasiat preventif secara
imunologik dengan adanya antibodi dan
zat-zat lain yang dikandungnya. ASI
turut memberikan perlindungan terhadap
diare. Pada bayi yang baru lahir, pemberian
ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI
yang disertai dengan susu botol. Flora
normal usus bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab botol untuk susu formula, berisiko tinggi
menyebabkan diare yang dapat
mengakibatkan terjadinya gizi buruk.
2) Makanan
Pendamping ASI
Pemberian
makanan pendamping ASI adalah saat bayi
secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Perilaku
pemberian makanan pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan,
apa, dan bagaimana makanan pendamping ASI
diberikan. Ada beberapa saran untuk meningkatkan pemberian makanan pendamping ASI, yaitu:
a. Perkenalkan
makanan lunak, ketika anak berumur 6
bulan dan dapat teruskan pemberian ASI.
Tambahkan macam makanan setelah anak
berumur 9 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih sering (4x sehari). Setelah anak berumur 1
tahun, berikan semua makanan yang
dimasak dengan baik, 4-6 x sehari, serta
teruskan pemberian ASI bila mungkin.
b. Tambahkan
minyak, lemak dan gula ke dalam nasi
/bubur dan biji-bijian untuk energi. Tambahkan
hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang-kacangan, buah-buahan dan
sayuran berwarna hijau ke dalam
makanannya.
c. Cuci
tangan sebelum meyiapkan makanan dan
meyuapi anak. Suapi anak dengan sendok yang bersih.
d. Masak
makanan dengan benar, simpan sisanya
pada tempat yang dingin dan panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.
3) Menggunakan
Air Bersih Yang Cukup
Penularan
kuman infeksius penyebab diare ditularkan
melalui Face-Oral kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui makanan, minuman atau benda yang tercemar dengan tinja,
misalnya jari-jari tangan, makanan yang wadah atau tempat makan -minum yang
dicuci dengan air tercemar. Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air
yang benar-benar bersih mempunyai risiko
menderita diare lebih kecil dibanding
dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat
mengurangi risiko terhadap serangan
diare yaitu dengan menggunakan air yang
bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di
rumah. Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a. Ambil
air dari sumber air yang bersih
b. Simpan
air dalam tempat yang bersih dan tertutup
serta gunakan gayung khusus untuk mengambil air.
c. Jaga
sumber air dari pencemaran oleh binatang
dan untuk mandi anak-anak
d. Minum
air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih)
e. Cuci
semua peralatan masak dan peralatan makan
dengan air yang bersih dan cukup.
4) Mencuci
Tangan
Kebiasaan
yang berhubungan dengan kebersihan
perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan
dengan sabun, terutama sesudah buang air
besar, sesudah membuang tinja anak,
sebelum menyiapkan makanan, sebelum
menyuapi makan anak dan sebelum makan,
mempunyai dampak dalam kejadian diare
( Menurunkan angka kejadian diare sebesar 47%).
5) Menggunakan
Jamban
Pengalaman
di beberapa negara membuktikan bahwa
upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap
penyakit diare. Keluarga yang tidak
mempunyai jamban harus membuat jamban
dan keluarga harus buang air besar
di
jamban. Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a. Keluarga
harus mempunyai jamban yang berfungsi
baik dan dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga.
b. Bersihkan
jamban secara teratur.
c. Gunakan
alas kaki bila akan buang air besar.
6) Membuang
Tinja Bayi Yang Benar
Banyak
orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi
dapat pula menularkan penyakit pada
anak-anak dan orang tuanya. Tinja bayi
harus dibuang secara benar.
Yang
harus diperhatikan oleh keluarga:
a. Kumpulkan
segera tinja bayi dan buang di jamban
b. Bantu
anak buang air besar di tempat yang bersih
dan mudah di jangkau olehnya.
c. Bila
tidak ada jamban, pilih tempat untuk
membuang tinja seperti di dalam lubang atau di kebun kemudian ditimbun.
d. Bersihkan
dengan benar setelah buang air besar dan
cuci tangan dengan sabun.
7) Pemberian
Imunisasi Campak
Pemberian
imunisasi campak pada bayi sangat penting
untuk mencegah agar bayi tidak terkena penyakit campak. Anak yang sakit campak sering
disertai diare, sehingga pemberian
imunisasi campak juga dapat mencegah
diare. Oleh karena itu berilah imunisasi
campak segera setelah bayi berumur 9 bulan.
b. Penyehatan
Lingkungan
1) Penyediaan Air Bersih
Mengingat
bahwa ada beberapa penyakit yang dapat
ditularkan melalui air antara lain adalah diare, kolera, disentri, hepatitis, penyakit kulit, penyakit
mata, dan berbagai penyakit lainnya,
maka penyediaan air bersih baik secara kuantitas
dan kualitas mutlak diperlukan dalam
memenuhi kebutuhan air sehari-hari termasuk
untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Untuk mencegah terjadinya penyakit tersebut,
penyediaan air bersih yang cukup
disetiap rumah tangga harus tersedia.
Disamping itu perilaku hidup bersih harus
tetap dilaksanakan.
2) Pengelolaan
Sampah
Sampah
merupakan sumber penyakit dan tempat
berkembang biaknya vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa
dsb. Selain itu sampah dapat mencemari
tanah dan menimbulkan gangguan
kenyamanan dan estetika seperti bau yang tidak sedap dan pemandangan yang tidak enak dilihat. Oleh
karena itu pengelolaan sampah sangat
penting, untuk mencegah penularan
penyakit tersebut. Tempat sampah harus
disediakan, sampah harus dikumpulkan
setiap hari dan dibuang ke tempat penampungan sementara. Bila tidak terjangkau oleh
pelayanan pembuangan sampah ke tempat
pembuangan akhir dapat dilakukan
pemusnahan sampah dengan cara ditimbun
atau dibakar.
3) Sarana
Pembuangan Air Limbah
Air
limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga harus dikelola sedemikian rupa agar tidak
menjadi sumber penularan penyakit. Sarana pembuangan air limbah yang tidak
memenuhi syarat akan menimbulkan bau,
mengganggu estetika dan dapat menjadi
tempat perindukan nyamuk dan
bersarangnya tikus, kondisi ini dapat berpotensi menularkan penyakit seperti leptospirosis, filariasis untuk daerah yang endemis filaria. Bila ada
saluran pembuangan air limbah di
halaman, secara rutin harus dibersihkan,
agar air limbah dapat mengalir, sehingga
tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan tidak menjadi tempat perindukan nyamuk.
4.
Pemusnahan
penyebab penyakit, dilakukan thd :
-
bibit penyakit/kuman
-
hewan, tumbuh-tumbuhan dan/atau benda yg mengandung penyebab penyakit
5.
Penanganan
jenazah akibat wabah.
Perlu
perlakuan khusus tanpa meninggalkan norma agama dan harkatnya sbg manusia.
Penanganan scr khusus meliputi :
·
penyelenggaraan
jenazah dipimpin oleh pejabat kesehatan.
·
Perlakuan terhadap jenazah &
sterilisasi bahan- bahan
dan alat yang digunakan dalampenanganan jenazah
diawasi oleh pejabat kesehatan.
6.
Penyuluhan
kepada masyarakat
Cara menghindar dari penyakit
diare:
·
Cara termudah dan
terpenting adalah mencuci bersih tangan anda secara teratur, terutama setelah
membuang kotoran dan sebelum makan
·
Memakai hand gel
sanitizer ketika berpergian untuk membersihkan tangan.
·
Makanan atau minuman
yang dihidangkan panas-panas lebih aman
·
Ambil air dan makanan
dari sumber yang bersih dan jaga kebersihan tempatnya.
·
Cici semua peralatan
makan dan minum dengan air besih
·
Memakan sayuran yang
telah dimasak dengan benar, salad / buah-buahan yang dicuci bersih,
hidangan laut, ikan, serta daging yang dimasak dengan matang.
·
Berhati-hati pula
dengan kubus es, es yang baik harus terbuat dari air yang telah bebas dari
kuman penyakit.
·
Ketika anda menyikat
gigi, disarankan pula untuk menggunakan air matang yang telah bebas dari bibit
penyakit
·
Bila anak kecil/bayi,
usahakan mengunakan botol susu dan dot yang telah dicuci bersih dengan air
panas.
·
Simpanan makan dan
minuman ditempat tertutup agar tidak mudah kena kuman penyakit
·
Buanglah sampah dan
kotoran hewan, bayi, anak ke tempat yang benar.
·
Berilah asi yang cukup
pada bayi yang masih menyusui agar kekebalan tubuhnya bagus.
·
Makan makanan yang
bergizi dan teratur.
·
Pilihlah susu yang
segar dan yang bersih serta terhindar dari berbagai kuman penyebab penyakit
·
Berikan imunisasi yang
lengkap terhadap bayi dan anak sesuai anjuran dari departemen kesehatan.
·
Setiap keluarga harus
memiliki jamban yang berfungsi dengan baik untuk buang air besar dan menjaga
kebersihannya.
·
Pakai alas kaki dan
berikan informasi ke anak agar jangan main di lumpur/tanah yang belum tentu
bebas dari kuman penyakit.
7.
Upaya
penanggulangan lainnya
Tidak ada upaya penanggulangan lainnya dalam
penanganan wabah diare.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit diare masih sering
menimbulkan wabah seperti halnya Kolera dengan jumlah penderita yang banyak
dalam waktu yang singkat.Namun dengan tatalaksana diare yang cepat, tepat dan
bermutu kematian dpt ditekan seminimal mungkin.Infeksi oleh agen penyebab
terjadi bila makan makanan / air minum yang terkontaminasi tinja / muntahan
penderita diare.Penularan langsung juga dapat terjadi bila tangan tercemar
dipergunakan untuk menyuap makanan.
Penyebab terjadinya diare :
·
Bakteri , virus,
parasit ( jamur, cacing , protozoa)
·
Penyakit usus (penyakit
Crohn, kolitis ulserativa)
·
Keracunan
makanan/minuman yang disebabkan oleh bakteri maupun bahan kimia
·
Alergi terhadap makanan
tertentu
·
Kurang gizi
·
Tubuh tidak dapat cukup
menyerap nutrisi tertentu dari diet
·
Alergi terhadap susu
·
Immuno defesiensi
·
Diare juga dapat
disebabkan oleh konsumsi alkohol yang berlebihan, terutama dalam seseorang yang
tidak cukup makan.
Diare terjadi ketika cairan yang
tidak mencukupi diserap oleh usus besar. Sebagai bagian dari proses digestasi,
atau karena masukan cairan, makanan tercampur dengan sejumlah besar air.
B. Saran
1. Diharapkan kepada petugas kesehatan untuk
melakukan penyulihan tentang diare terutama di daerah atau tempat yang mudah
untuk terjangkit diare seperti daerah di tepi sungai yang tidak mendapatkan
air.
2. Diharapkan kepada orang tua juga untuk
yang memiliki anak balita dan juga masa sekolah untuk memperhatikan konsumsi
makanan anak agar anak tidak mudah terkena diare.
3. Diharapkan kepada mahasiawa untuk
mejadikan makalah ini sebagai bahan referensi dalam mata kuliah.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Arthur C. Hall, John E.
2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC.
Hemma, Yulfi. 2006. Protozoa
Intestinalis. Diakses pada 1 Juni 2009, 14.55.http://library.usu.ac.id/download/fk/06001187.pdf.
Hiswani.2003.Diare Merupakan
Salah Satu Masalah Kesehatan Masyarakat Yang Kejadiannya Sangat Erat Dengan
Keadaan Sanitasi Lingkungan.http://209.85.175.104/search?q=cache:zsj5KrN_psgJ:library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-hiswani7.pdf+patogenesis+diare+filetype:pdf&hl=id&ct=clnk&cd=1&gl=id&lr=lang_id
Mansur, Arif, dkk. 2000. Kapita
Selekta Kedokteran Edisi Ketiga JIlid 1. Jakarta: Media Aesculapius FKUI.
Soebagyo, B. 2008.Diare Akut
pada Anak. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Sutadi, Sri Maryani. 2003. Diare
Kronik. Diakses di: http://72.14.235.104/search?q=cache:mWVOpJ8NsEoJ:library.usu.ac.id/download/fk/penydalam-srimaryani2.pdf+diare+filetype:pdf&hl=id&ct=clnk&cd=4&gl=id&lr=lang_id
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan Makalah Upaya Penanggulangan Wabah Diare.
Makalah Upaya Penanggulangan Wabah
Diareini dibuat untuk memenuhi
tugas mata kuliah
Epidemiologidi samping itu, kami juga
berharap Makalah Upaya
Penanggulangan Wabah Diare ini mampu memberikan pengetahuan bagi teman-teman lain.
Dengan terselesaikannya makalah Upaya Penanggulangan Wabah Diare ini, penulis mengucapkan
terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan memberikan bantuan
dalam pembuatan Makalah ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Kami menyadaribahwa Makalah Upaya Penanggulangan Wabah Diare ini masih
jauh dari sempurna.Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalahini.
Semoga makalah ini
bermanfaat bagi semua yang membacanya.
Padang , Mei
2013
Penyusun
TUGAS
EPIDEMIOLOGI
Tentang
UPAYA PENANGGULANGAN WABAH
DIARE
OLEH
KELOMPOK 1
KELAS
II B
AHYA UL
FITRI 114110425
AYU
NOPITA SARI 114110426
DESI
ANDAYANI 114110428
DEWI
SARTIKA 114110429
DYAH AYU
GAYATRI 114110430
EKA
NOVYANTI 114110431
FITRIA
KEMALA DEWI 114110433
GHEA AYU
ANDINI 114110434
DOSEN PEMBIMBING:
HASPITA RIZKI S. H., S.ST, M. Keb
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
PADANG
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar