BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Kehamilan ektopik
merupakan kehamilan yang berbahaya bagi seorang wanita yang dapat menyebabkan
kondisi yang gawat bagi wanita tersebut. Keadaan gawat ini dapat menyebabkan
suatu kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik terganggu merupakan
peristiwa yang sering dihadapi oleh setiap dokter, dengan gambaran klinik yang
sangat beragam. Hal yang perlu diingat adalah bahwa pada setiap wanita dalam
masa reproduksi dengan gangguan atau keterlambatan haid yang disertai dengan
nyeri perut bagian bawah dapat mengalami kehamilan ektopik terganggu.
Berbagai macam
kesulitan dalam proses kehamilan dapat dialami para wanita yang telah menikah.
Namun, dengan proses pengobatan yang dilakukan oleh dokter saat ini bisa
meminimalisir berbagai macam penyakit tersebut. Kehamilan ektopik diartikan
sebagai kehamilan di luar rongga rahim atau kehamilan di dalam rahim yang bukan
pada tempat seharusnya, juga dimasukkan dalam kriteria kehamilan ektopik,
misalnya kehamilan yang terjadi pada cornu uteri. Jika dibiarkan, kehamilan ektopik
dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang dapat berakhir dengan kematian
sehingga ini akan berlanjut pada kehamilan ektopik terganggu.
Istilah kehamilan
ektopik terganggu lebih tepat daripada istilah ekstrauterin yang sekarang masih
banyak dipakai. Diantara kehamilan-kehamilan ektopik terganggu, yang terbanyak
terjadi di daerah tuba, khususnya di ampulla dan isthmus yang menimbulkan
rupture pada tuba. Pada kasus yang jarang, kehamilan ektopik disebabkan oleh
terjadinya perpindahan sel telur dari indung telur sisi yang satu, masuk ke
saluran telur sisi seberangnya.
1.2. TUJUAN
1.
Agar
mahasiswi dapat mengetahui dan memahami tanda dan gejala kehamilan ektopik
2.
Dapat
mengetahui cara-cara penanganan kehamilan ektopik
3.
Untuk
mengatahui sebab dan faktor pencetusnya.
BAB II
TINJAUAN
TEORITIS
2.1. DEFENISI
Istilah ektopik berasal
dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa Yunani, topos yang
berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan “berada di luar tempat
yang semestinya”.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan
dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus, Sebagian besar wanita yang
mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30
tahun,frekwensi kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara
0%-14,6%. apabila tidak diatasi atau diberikan penanganan secara tepat dan
benar akan membahayakan bagi sipenderita (Sarwono Prawiroharjho, Ilmu
Kebidanan, 2005)
Istilah kehamilan ektopik lebih tepat
daripada istilah ekstrauterin yang sekarang masih juga dipakai,oleh karena
terdapat beberapa jenis kehamilan ektopik yang berimplantasi dalam uterus
tetapi tidak pada tempat yang normal.(Sarwono prawirohardjo,ilmu
kandungan,2005)
Kehamilan ektopik terganggu adalah terjadi bila telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uterik. Kehamilan
ekstrauterin tidak sinonim dengan kehamilan ektopik terganggu karna kehamilan
pada pars interstisialis tubah dan kanalis servikalis masih termasuk dalam
uterus, tetapi jelas bersifat ektopik. Apabila pada kehamilan
ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita
hamil tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu.
2.2. INSIDEN
Kejadian
hamil ektopik tidak dapat disamakan karena sangat tergantung pada perilaku dan
budaya masyarakat. Pada masyarakat yang mempunyai kecenderungan untuk melakukan
hubungan seksual bebas,dapat diasumsikan kejadian hamil ektopik akan makin
meningkat. Kejadian infeksi hubungan seksual sangat berperan untuk terjadinya
hamil ektopik ,khususnya infeksi Clhamydia trachomatis,infeksi ini akan merusak
endometrium dan sel siliaris sehingga mengganggu transportasi
spermatozoa,ovum,dan hasil konsepsi.
Sebagian besar wanita
yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20-40 tahun dengan umur
rata-rata 30 tahun,frekwensi kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan
berkisar antara 0%-14,6%. apabila tidak diatasi atau diberikan penanganan
secara tepat dan benar akan membahayakan bagi sipenderita (Sarwono
Prawiroharjho, Ilmu Kebidanan, 2005)
Beberapa penulis
mengemukakan kejadian hamil ektopik:
a)
Jone
Derek Llewellyn (1:80-150 kehamilan)
b)
SK
Resevear (2% dari kehamilan dengan umur kejadian maksimal antara 24-34 tahun)
c)
Manuaba
(1:97 kehamilan dengan umur kejadian maksimal antara 26-35 tahun)
Berkaitan dengan
lokasi,kehamilan ektopik dapat dijabarkan sebagai berikut:
·
Tuba
fallopi 98%
Ø Ampula tuba 93%
Ø Isthmus tuba 4%
Ø Interstisial tua 2%
·
Kehamilan
ektopik servikal 0,1%
·
Kehamilan
ovarial 0,5%
·
Kehamilan
abdominal 0,03%
·
Kehamilan
interstisial 0,01%
2.3. ETIOLOGI
Kehamilan ektopik
terganggu terjadi karena hambatan pada perjalanan sel telur dari indung telur
(ovarium) ke rahim (uterus). Dari beberapa studi faktor resiko yang
diperkirakan sebagai penyebabnya adalah (3,4,6):
- Infeksi saluran telur (salpingitis),seperti bakteri khusus dapat menimbulkan gangguan pada tuba fallopi adalah Chlamydia trachomatis pada motilitas saluran telur.
- Riwayat operasi tuba.
- Cacat bawaan pada tuba, seperti tuba sangat panjang.
- Kehamilan ektopik sebelumnya.
- Aborsi tuba dan infeksi pemakaian IUD.
- Kelainan zigot, yaitu kelainan kromosom.
- Bekas radang pada tuba; disini radang menyebabkan perubahan-perubahan pada endosalping, sehingga walaupun fertilisasi dapat terjadi, gerakan ovum ke uterus terlambat.
- Operasi pada tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat menjadi sebab lumen tuba menyempit
- Abortus buatan.
- Pada hipoplasia lumen tuba sempit dan berkelok-kelok dan hal ini sering di sertai gangguan fungsi silia endosalping.
- Tumor yang mengubah bentuk tuba dan menekan dinding tuba
- Ibu pernah mengalami kehamilan ektopik sebelumnya (terdapat riwayat kehamilan ektopik)
- Memiliki riwayat Penyakit Menular Seksual (PMS) seperti gonorrhea, klamidia dan PID (pelvic inflamamtory disease)
2.4. KLASIFIKASI
a.
KEHAMILAN SERVIKAL
Kehamilan servikal
jarang terjadi. Nidasi terjadi dalam selaput lender servik. Dengan tumbuhnya
telur,servik menggembung. Pada implantasi di serviks, dapat terjadi perdarahan
tanpa disertai nyeri, dan kemungkinan terjadinya abortus spontan sangat besar.
Jika kehamilan tumbuh sampai besar, perdarahan / ruptur yang terjadi sangat
berat, sehingga sering diperlukan tindakan histerektomi total.
b.
KEHAMILAN OVARIAL
Jarang terjadi dan
biasanya berakhir dengan rupture pada hamil muda. Untuk mendiagnosa kehamilan
ovarial harus dipenuhi kriteria dari spiegelberg.
Kehamilan ovarial ditegakkan atas dasar
kriteria Spiegelberg :
1. tuba pada sisi
kehamilan harus normal
2. kantung janin harus
terletak dalam ovarium
3. kantung janin
dihubungkan dengan uterus oleh ligamentum ovarii proprium
4. jaringan ovarium
yang nyata harus ditemukan dalam dinding kantung janin
Pada kenyataannya
kriteria ini sulit dipenuhi, karena umumnya telah terjadi kerusakan jaringan
ovarium, pertumbuhan trofoblas yang luas, dan perdarahan menyebabkan topografi
kabur, sehingga pengenalan implantasi permukaan ovum sukar ditentukan secara
pasti.
c.
KEHAMILAN TUBA
Kejadian kehamilan tuba
ialah 1 di antara 150 persalinan (Amerika). Kejadian dipengaruhi oleh factor
social : mungkin karena pada golongan pendapatan rendah lebih sering terdapat
gonorrhoe karena kemungkinan berobat kurang. Ovum yang dibuahi dapat berkembang
disetiap bagian oviduktus yang menyebabkan kehamilan tuba di ampula,ismus,atau
interstisium. Ampula adalah tempat tersering kehamilan tuba,sedangkan kehamilan
interstisium terhitung hanya sekitar 3% dari seluruh gestasi tuba.
Menurut tempatnya
nidasi dapat terjadi:
·
Kehamilan
ampula (dalam ampula tuba)
·
Kehamilan
isthmik (dalam isthmus tuba)
·
Kehamilan
interstisil (dalam pars interstitialis tubae)
·
Kehamilan
infundibulum tuba
·
Kehamilan
abdomoinal primer atau sekunder
d.
KEHAMILAN
INTERSTISIAL
Implantasi
telur terjadi dalam pars interstisialis tuba. Karena lapisan myometrium disini
lebih tebal maka ruptur terjadi lebih lambat kira-kira pada bulan ke-3 atau
ke-4.
Kalau terjadi
ruptur maka perdarahan hebat karena tempat ini banyak pembuluh darahnya
sehingga dalam waktu yang singkat dapat menyebabkan kematian.
e. KEHAMILAN
ABDOMINAL PRIMER
Dimana telur dari awal mengadakan implantasi dalam rongga perut dengan
cirri-ciri tuba dan ovarium normal,tidak terdapat fistula utero-plasenter,dan
implantasi umumnya di sekitar uterus dan CD.
f.
HAMIL
ABDOMINAL SEKUNDER
Yang asalnya
kehamilan tuba dan setelah rupture,ekspulsi dari ostium tuba eksternumnya dan
ekspulsi dari fistula utero-plasenter baru menjadi kehamilan abdominal.
Biasanya plasenta terdapat pada daerah tuba,permukaan belakang rahim dan
ligamentum latum. Ada kalanya hamil abdominal sekunder ini mencapai umur cukup
bulan,tapi hal ini jarang terjadi,yang lazim ialah bahwa janin mati sebelum
mencapai maturitas (bulan ke 5 atau ke 6) karena pengambilan makanan kurang
sempurna.
Menurut
lokasinya,kehamilan ektopik sebenarnya banyak klasifikasi dan dapat dibagi
dalam beberapa golongan:
a)
Tuba fallopi: pars
interstisialis,isthmus,ampulla,infundibulum,fimbria.
b)
Uterus: kanalis
servikalis,divertikulum,koruna,tanduk rudimenter.
c)
Ovarium
d)
Intraligamenter
e)
Abdominal: primer,sekunder
f)
Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus
Namun diantara kehamilan-kehamilan ektopik,yang terbanyak ialah yang
terjadi di tuba (90%) khususnya di ampula dan isthmus.
2.5.
TANDA
DAN GEJALA
a)
Ada
riwayat terlambat haid atau amenorrhea dan gejala kehamilan muda.
b)
Perdarahan banyak yang
tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala yang tidak jelas
sehingga sukar membuat diagnosisnya
c)
Nyeri merupakan keluhan
utama pada kehamilan ektopik terganggu. Nyeri perut bagian
bawah, pada ruptur tuba nyeri terjadi tiba-tiba dan hebat, menyebabkan
penderita pingsan sampai shock.
d)
Perdarahan pervaginam
berwarna cokelat tua
e) Pada pemeriksaan vagina terdapat nyeri goyang
bila serviks digerakkan, nyeri pada perabaan dan kavum douglasi menonjol karena
ada bekuan darah
f) Keadaan
umum ibu dapat baik sampai buruk / syok, tergantung beratnya perdarahan yang
terjadi.
g)
Level
HCG rendah
h)
Pembesaran
uterus: pada kehamilan ektopik uterus membesar.
i)
Gangguan
kencing: kadang-kadang terdapat gejala besar kencing karena perangsangan
peritonium oleh darah di dalam rongga perut
Gejala tahap
lanjut pada kehamilan ektopik
·
Rasa sakit perut yang muncul akan
terjadi semakin sering
·
Gejala lainnya adalah kulit ibu hamil
terlihat lebih pucat
·
Adanya tekanan darah rendah (hipotensi)
·
Terjadinya denyut nadi yang meningkat
·
Shock karena hypovoluemia.
·
Perubahan darah: dapat di duga bahwa
kadar haemoglobin turun pada kehamilan tuba yang terganggu karena perdarahan
yang banyak dalam rongga perut.
2.6.
PATOFISIOLOGI
Prinsip patofisiologi yakni terdapat
gangguan mekanik terhadap ovum yang telah dibuahi dalam perjalanannya menuju
kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan embrio dalam tuba tidak dapat terpenuhi
lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu. Ada beberapa kemungkinan
akibat dari hal ini yaitu :
1.
Kemungkinan “tubal abortion”, lepas dan
keluarnya darah dan jaringan ke ujung distal (fimbria) dan ke rongga abdomen.
Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan ampulla, darah yang keluar dan
kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena
dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.
2.
Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam
rongga peritoneum, sebagai akibat dari distensi berlebihan tuba dan faktor
utama yang menyebabkan rupture ialah penembusan villi koriales ke dalam lapisan
muskularis tuba terus ke perineum.
Rupture dapat terjadi secara spontan atau karena trauma ringan seperti coitus dan pemeriksaan vaginal.
Rupture dapat terjadi secara spontan atau karena trauma ringan seperti coitus dan pemeriksaan vaginal.
3.
Faktor abortus ke dalam lumen tuba.
Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan
biasanya pada kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena
trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan
dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit hingga banyak, sampai menimbulkan
syok dan kematian.
4.
Karena
tuba bukan tempat untuk pertumbuhan hasil kosepsi tidak mungkin janin tumbuh
secara utuh seperti dalam uterus.sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada
umur kehamilan antara 6-10 minggu.
5.
Hasil
kosepsi mati dan diresorbsi pada implantasi secara kolumner,ovum yang dibuahi
cepat mati karena vaskularisasi kurang dan dengan mudah terjadi resorbsi
total.dalam keadaan ini penderita tidak mengeluh apa-apa hanya haidnya
terlambat untuk beberapa hari.
6.
Factor
lain, seperti Migrasi
luar ovum yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri atau sebaliknya
dapat memperpanjang perjalan telur yang dibuahi ke uterus pertumbuhan telur
yang terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi premature.
2.7. DIAGNOSA
Diagnosis kehamilan ektopik terganggu
pada jenis mendadak(akut) biasanya tidak sulit. Keluhan yang sering disampaikan
ialah haid yang terlambat untuk beberapa waktu atau terjadi gangguan siklus
haid disertai nyeri perut bagian bawah dan penesmus. Dapat terjadi perdarahan
pervaginam.
Yang menonjol ialah penderita tampak
kesakitan,pucat,dan pada pemeriksaan ditemukan tanda-tanda syok serta
perdarahan dalam rongga perut. Pada pemeriksaan ginekologik ditemukan servik
yang nyeri bila digerakkan dan kavum douglas yang menonjol dan nyeri raba.
Kesulitan diagnosis biasanya terjadi
pada kehamilan ektopik terganggu jenis apitik atau menahun. Kelambatan haid
tidak jelas,tanda dan gejala kehamilan muda tidak jelas,demikian pula nyeri
perut tidak nyata dan sering penderita tampak tidak terlalu pucat. Hal ini
dapat terjadi apabila perdarahan pada kehamilan ektopik yang terganggu
berlangsung lambat. Dalam keadaan demikian,alat bantu diagnostik amat
diperlukan untuk memastikan diagnosis.
Kehamilan ektopik lanjut biasa saja
terjadi dimana janin dapat tumbuh terus karena mendapat cukup zat-zat makanan
dan oksigen dari plasenta yang meluaskan implantasinya ke jaringan
sekitarnya,misalnya ligamentum latum,uterus,dasar panggul,usus,dan sebagainya.
Walaupun diagnosanya agak sulit
dilakukan, namun beberapa cara ditegakkan, antara lain dengan inspeksi,palpasi.
a)
Anamnesis
dan gejala klinis
Riwayat terlambat haid, gejala dan tanda
kehamilan muda,adanya perdarahan per vaginam, ada nyeri perut kanan / kiri
bawah. Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang
terkumpul dalam peritoneum.
b)
Pemeriksaan
umum : keadaan umum dan tanda vital dapat baik sampai buruk. Penderita tampak
kesakitan dan pucat: Pada jenis tidak mendadak perut bagian bawah hanya sedikit
mengembung dan nyeri tekan pemeriksaan fisis
c)
Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya
tumor di daerah adneksa.
d)
Adanya
tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat dan ekstremitas dingin,
adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan
dan nyeri lepas dinding abdomen.
e)
Pemeriksaan
ginekologis : perdarahan dalam rongga perut tanda syok dapat di temukan. Tanda
kehamilan muda mungkin ditemukan, pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri.
Bila uterus dapat diraba, maka akan teraba sedikit membesar dan kadang teraba
tumor disamping uterus dengan batas yang sukar ditentukan,seviks teraba lunak,
nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan kiri.
f)
Diagnosis
pasti kehamilan ektopik terganggu hanya bisa ditegakkan dengan laparotomi
g)
Pemeriksaan
Penunjang
Ø
Pemeriksaan
laboratorium
Hb, Leukosit, urine B-hCG (+).
Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat.
Pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel darah merah berguna dalam menegakan
diagnosis kehamilan ektopik terganggu terutama ada tanda perdarahan dalam
rongga perut,bahwa kadar Hb pada pasien semakin menurun karena perdarahan yang
terus menerus terjadi didalam rongga perut.
Ø
Pemeriksaan
kuldosentesis
Kuldosentesis adalah suatu cara
pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglas ada darah, cara ini
amat berguna dalam membantu diagnosis kehamilan ektopik terganggu.
Ø
Pemeriksaan
ultra sonografi
Pemeriksaan ini berguna dalam
diagnostic kehamilan ektopik terganggu. Diagnosis pastinya ialah apa bila
ditemukan kantong gestasi diluar uterus yang didalam nya tampak denyut jantung
janin. Dan dapat dinilai kavum uteri,kosong atau berisi. Tidak ada kantung
kehamilan dalam kavum uteri,adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri,adanya
massa komplek di rongga panggul.
Ø
Pemeriksaan
laparoskopi
Digunakan sebagai alat Bantu
diagnostic terakhir untuk kehamilan ektopik terganggu. Pada pemeriksaan ini
dapat dilihat dengan mata sendiri perubahan-perubahan pada tuba dan darah yang
terkumpul dalam rongga perut terutama pada kehamilan ektopik yang sudah terjadi
rupture pada tuba.
2.8. PENANGANAN
Penanganan kehamilan
ektopik terganggu pada umumnya adalah laparotomi. Pada laparotomi perdarahan
selekas mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksa yang menjadi
sumber perdarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dalam
rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan. Dalam tindakan demikian, beberapa
hal yang harus dipertimbangkan yaitu: kondisi penderita pada saat itu,
keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik. Hasil
ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi (pemotongan bagian tuba
yang terganggu) pada kehamilan tuba. Dilakukan pemantauan terhadap kadar HCG
(kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang berlangsung terus menandakan masih
adanya jaringan ektopik yang belum terangkat.
Penanganan pada kehamilan ektopik
terganggu dapat pula dengan transfusi, infus, oksigen, atau kalau dicurigai ada
infeksi diberikan juga antibiotika dan antiinflamasi. Sisa-sisa darah
dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat dan
harus dirawat inap di rumah sakit.
a.
Setelah
diagnosis ditegakan, segera lakukan persiapan untuk tindakan operatif
laparatomi
b.
Ketersediaan
darah pengganti bukan menjadi syarat untuk melakukan tindakan operatif karena
sumber perdarahan harus dihentikan.
c.
Upaya
stabilisasi dilakukan dengan segera merestorasi cairan tubuh dengan larutan
kristaloid NS atau RL (500 ml dalam lima menit pertama) atau 2l dalam dua jam
pertama (termasuk selama tindakan berlangsung)
d.
Pastikan
darah yang dihisap dari rongga obdomen telah melalui alat pengisap dan wadah
penampung yang steril
e.
Saring
darah yang tertampung dengan kain steril dan masukan kedalam kantung darah
(blood bag) apabila kantung darah tidak tersedia masukan dalam botol bekas
cairan infus (yang baru terpakai dan bersih) dengan diberikan larutan sodium
sitrat 10ml untuk setiap 90ml darah.
f.
Transfusikan
darah melalui selang transfusi yang mempunyai saringan pada bagian tabung
tetesan.
g.
Tindakan
dapat berupa :
Ø
Parsial
salpingektomi yaitu melakukan eksisi bagian tuba yang mengandung hasil konsepsi
tetapi pada kehamilan ektopik terganggu jika sudah terjadi ruptur maka tuba
harus diangkat.
Ø
Salpingostomi
(hanya dilakukan sebagai upaya konservasi dimana tuba tersebut merupakan salah
satu yang masih ada) yaitu mengeluarkan hasil konsepsi pada satu segmen tuba
kemudian diikuti dengan reparasi bagian tersebut. Resiko tindakan ini adalah
kontrol perdarahan yang kurang sempurna atau rekurensi (hasil ektopik ulangan).
h.
Mengingat
kehamilan ektopik terganggu berkaitan dengan gangguan fungsi transportasi tuba
yang di sebabkan oleh proses infeksi maka sebaiknya pasien di beri anti biotik
kombinasi atau tunggal dengan spektrum yang luas.
i.
Untuk
kendali nyeri pasca tindakan dapat diberikan
Ø
Ketoprofen
100 mg supositoria.
Ø
Tramadol
200 mg IV.
Ø
Pethidin
50 mg IV (siapkan anti dotum terhadap reaksi hipersensitivitas)
Ø
Atasi
anemia dengan tablet besi (SF) 600 mg per hari.
j.
Konseling
pasca tindakan
Ø
lanjutan
fungsi reproduksi.
Ø
Resiko
hamil ektopik ulangan.
Ø
Kontrasepsi
yang sesuai.
Ø
Asuhan
mandiri selama dirumah.
Ø
Jadwal
kunjungan ulang
k.
Criteria
khusus yang diobati dengan cara ini adalah :
Ø
Kehamilan
di pars ampullaris tuba belum pecah
Ø
Diameter
kantong gestasi ≤ 4cm
Ø
Perdarahan
dalam rongga perut kurang dari 100 ml
Ø
Tanda
vital baik dan stabil
LAPORAN KASUS
Tanggal : 22 oktober 2013
A.
Identitas
pasien
Nama ibu : Ny Reni Rayes Sita Nama Suami : Tn Ardinal
Umur : 28 th umur : 32 th
Suku : minang suku : minang
Pendidikan : SMP pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : swasta
Alamat : alamat :
B.
Anamnesa
Seorang pasien wanita , umur 28 th masuk KB
IGD RSMJ tanggal 22 oktober 2013
jam 12.30 WIB dengan Keluhan nyeri perut sejak ±3 jam yang lalu.
C.
Riwayat Penyakit sekarang
·
Nyeri
perut bawah sejak ± 3 jam yang lalu
·
Nyeri dirasakan hilang timbul
·
HPHT 26-8-2013
·
Ini
kehamilan yang ke -6
·
Riwayat
keputihan (-)
D.
Riwayat Penyakit Dahulu
·
Tidak
pernah menderita penyakit jantung, paru, ginjal, hati dan DM
·
Tidak
ada riwayat alergi
E.
Riwayat
penyakit keluarga
Tidak
ada keluaraga yang menderita penyakit keturunan,penyakit menular dan kejiwaan
.
F.
.
Riwayat Pekerjaan Sosial , Ekonomi, Kehamilan, Persalinan, Dan Abortus
·
Riwayat
perkawinan : 1 X Tahun 2000
·
Riwayat
kehamilan/abortus/persalinan : 5/1/3
§
2001,
Laki-laki, 3500 gr, aterm, spontan,Bidan,
hidup
§
2003,
laki-laki,3500 gr, aterm, spontan, bidan, hidup
§
2008,
perempuan, 4000 gr, aterm, spontan, bidan, hidup
§
2008,
kuret
§
2011,laki-laki,
4200, aterm, spontan, bidan, hidup
§
Sekarang
§
PEMERIKSAAN UMUM
1.
Kesadaran : CMC
2.
Keadaan
Umum : sedang
3.
Tanda-tanda
vital :
§
TD
: 100/60 mmHg
§
N : 80x/i
§
P : 20x/i
§
S : 36, 6 oC
4.
Inspeksi
:
Kepala : rambut bersih,
tidak rontok
Mata : conjungtiva
merah muda, sklera tidak ikterik
Muka : ada cloasma
gravidarum
Telinga :tidak ada kelainan
Hidung : tidak ada kelainan
Mulut : tidak ada
kelainan
Dada : payudara
simetris, tidak ada masa, areola hiperpigmentasi
Abdomen : ada pembesaran
Genitalia : bersih dan tidak
ada kelainan
Ekstremitas : tidak oedema dan
sianosis, Reflek patella (+)
5.
Pemeriksaan
Labor
·
Hb : 12, 2 gr
·
Ht : 36
·
Leukosit : 11.100 mm3
·
LED : 232.00
·
USG : Uterus dalam bentuk dan ukuran
yang normal
Ukuran : 6,4 x 5,2
x 21 cm
Tampak masa ireguller dibelakang uterus
Ukuran
: 4,69 x 3,31 cm
6.
Therapy
:
·
IVFD
RL 20 tts/ i
DAFTAR PUSTAKA
Ndona,
Marten.Askep Kehamilan Ektopik Terganggu.2009.Buku saku Manajemen Komplikasi Kehamilan dan
Persalinan.(2006).Jakarta.EGC.Halaman 96-8.
Saifuddin,
Abdul Bari.Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal.(2008).Jakarta.Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.Halaman 152-56.
Varney,
Hellen.Buku Ajar Asuhan Kebidanan.Edisi
4.(2007).Jakarta.EGC.Halaman 606-7.
Winkjosastro,
Hanifa.Ilmu Bedah Kebidanan.(2005).Jakarta.Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.Halaman 199-214.
Winkjosastro,
Hanifa.Ilmu Kebidanan.(2005).Jakarta.Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.Halaman 323-37.
Winkjosastro,
Hanifa.Ilmu Kandungan.(2005).Jakarta.Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.Halaman 250-60.
Yasir,
Muhammad.Angka Kematian Ibu, Bayi, Balita
Indonesia 2011.
LAPORAN PENDAHULUAN dan KASUS
“Kehamilan Ektopik Terganggu”
Di Ruangan KR RSUP. Dr. M.Djamil Padang
Oleh:
DEWI SARTIKA
114110429
III.B
CI :
SYAHRIYATRI Amd.Keb
SURYENI, S.SiT
Prodi DIII Kebidanan Padang
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
2013/2014
KATA
PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karunia-Nya
Laporan Pendahuluan Dan Kasus ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam penulis curahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga, dan para sahabat. Semoga kita masih dalam perlindungan
Allah SWT.
Pada kesempatan kali ini, penulis akan
membahas tentang “Kehamilan Ektopik Terganggu ”. Perlu diketahui materi atau pembahasan ini sangat
penting dalam kehidupan kita sehari hari. Materi ini akan dibahas secara
singkat dan berbobot dalam makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini tidaklah sempurna. Namun,
besar harapan penulis makalah ini bisa
menjadi sumber referensi bagi pembaca serta bisa dimanfaatkan untuk memperluas
ilmu pengetahuan khususnya dalam dokumentasi
kebidanan.
Padang, Oktober
2013
PENULIS
|
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR
ISI.................................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................................ 1
1.2 Tujuan.......................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN
TEORITIS
2.1 Defnisi ........................................................................................................................ 3
2.2 Insiden......................................................................................................................... 3
2.3 Etiologi....................................................................................................................... 4
2.4 Klasifikasi................................................................................................................... 5
2.5 Tanda dan gejala......................................................................................................... 7
2.6
Patofisiologi................................................................................................................. 8
2.7 Diagnosis.................................................................................................................... 9
2.8 Penanganan............................................................................................................... 11
BAB III Laporan Kasus
3.1 Manajen asuhan kebidanan varne pada kehamilan
ektopik terganggu...................... 14
Referensi
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar