dewi sartika
my name is dewi sartika, dirumah panggilan Gw IKha, nah di Kampus gue di panggil DEW.. ahh imut nya,, hahah Gw orangnya simple, tapi kdang bisa juga NGERIBETIN ..HEhehe gw kul di d3 kebidanan Poltekkes kemenkes RI padang taon 2011, mau berteman ama Gw fb: Dewi sartika , @dewi-f93 gw Tunggu sobbb ^_+
CSE
Loading
Senin, 22 September 2014
Senin, 08 September 2014
Senin, 24 Februari 2014
just a friend
dear...
ternyata tak semuanya tak sesuai dengan harapan ku,tak sebanding dengain impian ku, hancur oleh kata yag telah aku tancapkan dalam hati ku. yah JUST A FRIEND. aku terkurung oleh sebuah kata..
kadang timbul niat ku untuk memulai, tapi ego ku menhannya. JAngan.. dima harga dirimu sebagai wanita?
aku heran pada diriku, timbul pertanyaan dalam hatiku yg aku sendiri sampai saat ini tak mmpu mnjawabya, apa benar dia yg aq sayang??? ntahlah.
awal perkenalan qu dengannya seolah tak sengaja, mulai dari aq duduk sebgai mahasiswi., wajar sam2 mahsiswa baru jadi mncari teman. sejak itu mulai intes sms, tlvn, chat dan beberapa kli ketemu.
ternyata tak semuanya tak sesuai dengan harapan ku,tak sebanding dengain impian ku, hancur oleh kata yag telah aku tancapkan dalam hati ku. yah JUST A FRIEND. aku terkurung oleh sebuah kata..
kadang timbul niat ku untuk memulai, tapi ego ku menhannya. JAngan.. dima harga dirimu sebagai wanita?
aku heran pada diriku, timbul pertanyaan dalam hatiku yg aku sendiri sampai saat ini tak mmpu mnjawabya, apa benar dia yg aq sayang??? ntahlah.
awal perkenalan qu dengannya seolah tak sengaja, mulai dari aq duduk sebgai mahasiswi., wajar sam2 mahsiswa baru jadi mncari teman. sejak itu mulai intes sms, tlvn, chat dan beberapa kli ketemu.
natural saja kan??
Sabtu, 11 Januari 2014
INFEKSI NIFAS
Tanda-tanda Bahaya Infeksi Nifas
- Written by Bidanku.com
- Category: Pasca Melahirkan
ISPA
NFEKSI
SALURAN PERNAFASAN AKUT
(ISPA) DAN PENANGGULANGANNYA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Dalam GBHN, dinyatakan bahwa pola
dasar pembangunan Nasional pada hakekatnya adalah Pembangunan Manusia Indonesia
seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia. Jadi jelas bahwa hubungan
antara usaha peningkatan kesehatan masyarakat dengan pembangunan, karena tanpa
modal kesehatan niscaya akan gagal pula pembangunan kita.
Usaha peningkatan kesehatan
masyarakat pada kenyataannya tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan
saja, karena masalah ini sangatlah kompleks, dimana penyakit yang terbanyak diderita
oleh masyarakat terutama pada yang paling rawan yaitu ibu dan anak, ibu hamil
dan ibu meneteki serta anak bawah lima tahun (1).
Salah satu penyakit yang diderita
oleh masyarakat terutama adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yaitu
meliputi infeksi akut saluran pernapasan bagian atas dan infeksi akut saluran
pernapasan bagian bawah. ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak diderita
oleh anak- anak, baik dinegara berkembang maupun dinegara maju dan sudah mampu.
dan banyak dari mereka perlu masuk rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat.
Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula
memberi kecacatan sampai pada,masa dewasa. dimana ditemukan adanya hubungan
dengan terjadinya Chronic Obstructive
Pulmonary Disease (2,3).
ISPA masih merupakan masalah
kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup
tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan
mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan
diPuskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan
oleh ISPA mencakup 20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena
pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan (4,5).
Hingga saat ini angka mortalitas ISPA
yang berat masih sangat tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena penderita
datang untuk berobat dalam keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit
dan kurang gizi (3). Data morbiditas penyakit pneumonia di Indonesia per tahun
berkisar antara 10 -20 % dari populasi balita. Hal ini didukung oleh data
penelitian dilapangan (Kecamatan Kediri, NTB adalah 17,8 % ; Kabupaten
Indramayu adalah 9,8 %). Bila kita mengambil angka morbiditas 10 % pertahun,
ini berarti setiap tahun jumlah penderita pneumonia di Indonesia berkisar 2,3
juta .Penderita yang dilaporkan baik dari rumah sakit maupun dari Puskesmas
pada tahun 1991 hanya berjumlah 98.271. Diperkirakan bahwa separuh dari
penderita pneumonia didapat pada kelompok umur 0-6 bulan (6).
Program pemberantasan ISPA secara
khusus telah dimulai sejak tahun 1984, dengan tujuan berupaya untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian khususnya pada bayi dan anak balita yang
disebabkan oleh ISPA (6), namun
© 2004 Digitized by USU digital library 1
kelihatannya
angka kesakitan dan kematian tersebut masih tetap tinggi seperti yang telah
dilaporkan berdasarkan penelitian yang telah disebutkan di atas.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan uraian yang telah disebutkan diatas
maka penulis ingin mencoba untuk mengemukakan upaya pemberantasan ISPA dengan
prioritas kepada penatalaksanaan kasus ISPA pada bayi dan anak-anak. Mengingat
tujuan pembangunan kesehatan dalam upaya menurunkan angka mortalitas dan
morbilitas, sehingga tujuan pembangunan nasional untuk memperoleh sumber daya
manusia yang berkualitas baik, fisik maupun mental akan tercapai.
BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN
2.1. Definisi ISPA
ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi
saluran pernapasan atas. Yang benar II ISPA merupakan singkatan dari Infeksi
Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan
saluran pernapasan bagian bawah (6).
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang
berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah
organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya
seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru (5,7).
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan
hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan
dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi
paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian (5).
Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi
penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia
dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak
berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan
penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia.
Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus
dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus
jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik
penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik (6).
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah,
bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat
kesaluran pernapasannya (7).
imunisasi DPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Dewasa ini program imunisasi semakin digalakkan oleh
pemerintah, yang mempunyai tujuan jangka panjang dan jangka pendek, diantaranya
tujuan jangka pendek adalah pencegahan penyakit secara perorangan dan kelompok,
sedangkan tujuan jangka panjang adalah eliminasi suatu penyakit.
Dari penyakit menular yang telah ditemukan, sampai
saat ini di Indonesia baru 7 macam yang diupayakan pencegahannya melalui
program imunisasi yang disebut dengan penyakit yang dapat dicega dengan
imunisasi. Saat ini telah dikembangkan 7 jenis vaksinasi yaitu : BCG, campak,
Polio, DPT, TT, Hepatitis B, sedangkan vaksin DPT-Hb tahun 2005 baru
dikembangkan dibeberapa propinsi. Untuk mencapai tujuan pelayanan imunisasi
dengan baik, karakteristik vaksin harus kita ketahui secara benar, meliputi :
komposisi, kemasan, penyimpan, indikasi, kontra indikasi serta efek samping
yang mungkin bisa terjadi.
II. Tujuan
1.
Tujuan umum
Mahasiswa dapat mengetahui konsep dasar imunisasi dan
juga memperluas atau memperbanyak pengetahuan atau ketrampilan mengenai
imunisasi.
2.
Tujuan khusus
Dengan disusunnya asuhan kebidanan diharapkan
-
Mahasiswa dapat melakukan pengkajian data
-
Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosa dan masalah
-
Mahasiswa dapat mengidentifikasi antisipasi masalah
potensial
-
Mahasiswa dapat mengidentifikasi kebutuhan segera
-
Mahasiswa dapat melakukan intervensi
-
Mahasiswa dapat melakukan implementasi
-
Mahasiswa dapat melakukan evaluasi
III. Metode Penulisan
Metode penulis yang digunakan dalam Asuhan Kebidanan
ini adalah metode studi pustaka/kepustakaan (buku-buku penunjang)
IV. Sistematika Penulisan
BAB I :
PENDAHULUAN
BAB II :
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III :
PEMBAHASAN
BAB IV :
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
Konsep Neonatus
·
Konsep tumbuh kembang bayi
Bayi 0 – 1 memiliki gerak motorik diantaranya gerak
reflek, sucking, rooting. Pada perkembangan bayi 0 – 1 bulan hanya bisa menangis. Pemberian ASI sangat
dibutuhkan guna menunjang pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI eksklusif
hendaknya diberikan mulai 0 – 6 bulan.
·
Pemberian makanan pada bayi
Umur 0 – 6 bulan :
1.
Beri ASI setiap 2 jam sekali atau setiap bayi
menginginkan paling sedikit 3 kali sehari pada pagi haris siang dan malam.
2.
Jangan berikan makanan dan minumkan lain selain ASI
3.
Teteki bayi dengan payudara kanan dan kiri secara
bergantian
Umur 6 – 12 bulan :
1.
Beri bubur nasi 3 kali sehari setiap makanan diberikan
sesuai umur
2.
Berikan makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu
makan seperti bubur kacang ijo, pisang, biskuit.
3.
Berikan buah-buahan atau sari buah
4.
Tambahkan sayuran hijau, telur, ayam, ikan dan santan
pada bubur nasi.
II.
Konsep Imunisasi
2.1
Pengertian
·
Imunisasi (vaksinasi) merupakan aplikasi
prinsip-prinsip imunologi yang paling terkenal dan paling berhasil terhadap
kesehatan manusia. Nama vaksin diambil dari
kata vaksinasi, virus cacar sapi yang digunakan Jenner 200 tahun yang
lalu. Vaksinia merupakan upaya ilmiah pertama untuk mencegah infeksi cacar
(vaficella) yang dilakukan pengetahuan sama sekali mengenai virus/segala macam
mikroba dan imunologi.
Karena vaksinasi bergantung pada respon imun spesifik,
keberhasilan vaksinasi sangat bergantung pada
dihasilkannya preparat antigenik patogen yang (1) aman untuk diberikan,
(2) merangsang jenis imunitas yang tepat, (3) dengan harga yang dapat dijangkau
oleh populasi yang menjadi tujuan populasi vaksinasi.
Untuk beberapa penyakit, ada vaksin yang sedikit banyak
memenuhi kriteria-kriteria tersebut tetapi banyak penyakit yang lain belum ada
vaksin yang dapat digunakan.
·
Imunisasi adalah pengimunan terhadap penyakit
2.2
Jenis-jenis Imunisasi
a.
Imunisasi yang diharuskan
1.
BCG (Bacillus Celmitte Guerin)
2.
Hepatitis B
3.
DPT (Diphteri, Pertusis dan Tetanus)
4.
Polio
5.
Campak
b.
Yang dianjurkan
1.
MMR (Measless/campak, Mumps/parotitis, Rubella/campak
Jerman)
2.
Hib (Haemophilus influensa b)
3.
Demam tifoid
4.
Hepatitis A
2.3
Jadwal Imunisasi
Umur
|
Jenis Imunisasi
|
0
– 7 hari
1
bulan
2
bulan
3
bulan
4
bulan
9
bulan
|
Hepatitis
B1
BCG
HB-Combo
I, Polio I
HB-Combo
II, Polio II
HB-Combo
III, Polio 3
Campak,
Polio 4
|
III. Konsep Dasar Imunissi Hepatitis B
3.1
Pengertian
·
Imunisasi hepatitis B adalah suatu upaya
mencegah penyakit agar anak terhindar dari penyakit hepatitis B.
·
Hepatitis B atau penyakit kuning adalah penyakit
yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang merusak hati. Penyebaran penyakit
ini adalah dari darah dan prdouknya melalui suntikan yang tidak aman, melalui
transfusi darah, dari ibu ke bayi selama proses persalinan/melalui hubungan
seksual.
3.2
Etiologi
Etiologi dari penyakit hepatitis B adalah virus
hepatitis B yang sampai sekarang belum dibiak.
3.3
Vaksin dan jenis vaksin
Vaksinasi dimaksudkan untuk mendapatkan kekebalan
aktif terhadap penyakit hepatitis B. Penyakit ini dalam istilah sehari-hari
bisa disebut penyakit liver. Jenis vaksin ini baru dikembangkan setelah
diteliti bahwa virus hepatitis B mempunyai kaitan erat dengan terjadinya
penyakit liver. Vaksin tersebut dari bagian virus hepatitis B yang dinamakan
Hb5Ag yang dapat menimbulkan penyakit.
3.4 Gejala
Klinis dan Penjalaran
·
Bila seorang terkena infeksi hepatitis B
sebagian pasien dapat menjadi kebal, tetapi sebagian lagi akan memperlihatkan
gejala kelainan seperti kulit, mata dan air kemih yang berwarna kuning. Kemudian
kotoran menjadi pucat, badan merasa lemas, mual dan kadang sampai muntah. Hati
terasa membesar dan nyeri bila ditekan dan gangguan perut serta gejala lain
seperti flu.
·
Sebagian ada yang menjadi ganas sehingga
menyebabkan kematian dan sebagian lagi sebaliknya tidak menimbulkan gejala
apapun. Pasien yang tadi memperlihatkan gejala ini disebut carrier atau
pengidap sehat, bila infeksi terjadi pada masa neonatus angka kesakitannya
lebih banyak dan kemungkinannya kelak mengidap kanker 200 kali lebih banyak
dari pada anak sehat dan pemberian gizi yang kurang baik juga berisiko terjadi
serosis hepatitis akan meningkat, sedangkan bahaya dari serosis adalah varises
esofagus yang akan menyebabkan hematimasis. Fungsi hati juga akan terganggu
sehingga kondisi anak akan memburuk, kekurangan produksi protein akan
menyebabkan asitesis, sedangkan kekurangan zat pembekuan seperti fibrinogen
akan menyebabkan kelainan pembekuan darah.
3.5
Cara Penularan
Hepatitis B dapat ditularkan melalui 2 jalur :
·
Secara transmisi vertikal, adalah dari ibu ke
anak
·
Secara horisontal, adalah dari anak ke anak
Transmisi vertikal dapat terjadi intra uterine, intra
partum dan post partum. Transmisi horisontal dapat melalui luka yang dibuat
(parental) misalnya dengan pemberian darah (transfusi darah), menyuntik dan
khitanan, tindik, jika penggunaan alat-alatnya secara bersama-sama juga dapat
melalui kulit atau selaput lendir yang terluka seperti kerang, luka dimulut
atau dubur, masa inkubasi 1 ½ bulan – 8 bulan.
3.6
Dosis pemberian dan cara pemberian
Dosis pemberian imunisasi hepatitis B adalah 0,5 cc
dan diberikan secara injeksi intra muscular.
3.7
Efek samping
Selama pemakaian 10 tahun ini tidak ada laporan
adanya efek samping yang berarti, berbagai suara di masyarakat tentang
kemungkinan terjangkit oleh penyakit AIDS akibat pemberian vaksin hepatitis
yang berasal dari plasma, merupakan berita yang terlalu dibesar-besarkan. Dan
melalui suatu penelitian yang lebih luas, WHO tetap menganjurkan pelaksanaan
imunisasi hepatitis B.
3.8
Kontraindikasi
Imunisasi tidak dapat diberikan pada anak penyakit
berat. Vaksinasi hepatitis B dapat diberikan pada ibu hamil dengan aman dan
tidak akan membahayakan janin selama dalam kandungan ibu maupun kepada bayi
selama beberapa bulan setelah lahir.
IV. Konsep Dasar Imunisasi DPT
Pengertian
·
Imunisasi
DPT adalah suatu upaya mencegah penyakit agar anak terhindar dari penyakit
diphteri, pertusis dan tetanus
·
Diphteri adalah penyakit yang disebabkan oleh
bakteri coryaebacterium diphtheria. Penyebarannya adalah melalui kontak fisik
dan pernafasan. Gejala penyakit awal radang tenggorokan, hilangnya nafsu dan
demam ringan. Dalam 2-3 hari timbul selaput putih kebiru-biruan pada
tenggorokan dan tonsil. Diphteri dapat menimbulkan komplikasi berupa kandungan
pernafasan yang berakibat kematian.
·
Pertusis (disebut juga batuk rejan/batuk 100
hari) adalah penyakit pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri
bordetella pertussis. Penyebaran pertusis adalah pilek, mata merah, bersin,
demam dan batuk ringan yang lama kelamaan batuk menjadi parah dan menimbulkan
batuk menggigil yang cepat dan keras. Komplikasi pertusis adalah pneumonia
bakterialis yang dapat menyebabkan kematian.
·
Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh
clostridium tetani yang menghasilkan neoro toksin. Penyakit ini tidak menyebar
dari orang keorang tetapi melalui kotoran yang masuk ke dalam luka yang dalam.
Gejala awal penyakit adalah kaku otot atau rahang, disertai kaku pada leher,
kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat dan demam. Pada bayi juga terdapat
gejala berhenti menetek (sucking) antara 3 – 28 hari setelah lahir. Gejala
berikutnya adalah kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku. Komplikasi
tetanus adalah patah tulang akibat
kejang, penumonia dan infeksi lain yang menyebabkan kematian.
Indikasi
Indikasi : untuk memberikan kekebalan secara simultan
terhadap difteri pertusis dan tetanus.
Cara
pemberian dan dosis
-
Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu
agar suspensi menjadi homogen.
-
Disuntikan secara intra muskuler dengan dosis pemberian
0,5 ml sebanyak 3 dosis
-
Dosis pertama diberikan pada umur 2 bulan, dosis
selanjurnya diberikan dengan interval paling cepat 4 minggu (1 bulan)
Kontra
indikasi
Gejala-gejala keabnormalan otak pada bayi baru lahir
atau gejala serius keabnormalan pada saraf merupakan kontra indikasi pertusis.
Anak yang mengalami gejala-gejala parah dosis pertama, komponen pertusis harus
dihindari pada dosis kedua dan untuk meneruskan imunisasinya dapat diberikan
DT.
Efek samping
Gejala-gejala yang bersifat sementara, seperti lemas,
demam, kemerahan pada tempat suntikan. Kadang-kadang terjadi gejala berat
seperti demam tinggi, iritabilitas dan meracau yang biasanya terjadi 24 jam
setelah imunisasi.
imunisasi POLIO
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Imunisasi sebagai salah satu upaya preventif
untuk mencegah penyakit melalui pemberian kekebalan tubuh harus dilaksanakan
secara terus-menerus, meyeluruh dan dilaksanakan sesuai standar sehingga mampu
memberikan perlindungan kesehatan dan memutus mata rantai penularan. Salah satu
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi adalah poliomielitis.
Poliomielitis adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh
satu dari 3 virus yang berhubungan yaitu virus polio tipe 1, 2 atau 3. secara
klinis penyakit polio adalah anak dibawah umur 15 tahun yang menderita lumpuh
layu akut (acute flaccid paralysis = AFP).
Penyebaran penyakit adalah melalui kotoran
manusia (tinja) yang terkontaminasi. Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam,
nyeri otot dan kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit. Kematian bisa
terjadi jika otot-otot pernapasan terinfeksi dan tidak segera ditangani.
B. TUJUAN
Adapun tujuan penyusunan makalah ini agar mahasiswa dapat
mengetahui tentang pemberian imunisasi polio. Disamping itu juga untuk memenuhi
tugas matakuliah “Ilmu Kesehatan Anak”.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
LANDASAN
PEMBERIAN IMUNISASI POLIO.
Pekan Imunisasi Nasional (PIN) adalah Pekan
di mana setiap balita termasuk bayi baru lahir yang bertempat tinggal di
Indonesia diimunisasi dengan vaksin polio, tanpa mempertimbangkan status
imunisasi sebelumnya. Pemberian imunisasi polio akan menimbulkan kekebalan
aktif terhadap penyakit Poliomielitis. Pemberian imunisasi polio secara
serentak terhadap semua sasaran akan mempercepat pemutusan siklus kehidupan
virus polio liar.
Langganan:
Postingan (Atom)